BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak dahulu kala manusia
selalu mempertanyakan asal-usul kehidupan dan dirinya. Jawaban sementara atas
pertanyaan tersebut ada tiga altenatif, yaitu penciptaan, transformasi, atau
evolusi biologi.
Definisi evolusi biologi
bermacam-macam tergantung dari aspek biologi yang dikaji. Beberapa definisi
yang umum dijumpai di buku-buku biologi, antara lain: evolusi pada makhluk
hidup adalah perubahan-perubahan yang dialami makhluk hidup secara
perlahan-lahan dalam kurun waktu yang lama dan diturunkan, sehingga lama
kelamaan dapat terbentuk species baru: evolusi adalah perubahan frekuensi gen
pada populasi dari masa ke masa; dan evolusi adalah perubahan karakter adaptif
pada populasi dari masa ke masa. Evolusi telah mempersatukan semua cabang ilmu
biologi.
Idea tentang terjadinya
evolusi biologis sudah lama menjadi pemikiran manusia. Namun, di antara
berbagai teori evolusi yang pernah diusulkan, nampaknya teori evolusi oleh
Darwin yang paling dapat diterima. Teori Darwin (1858) mengajukan 2 teori pokok
yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya,
dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Perkembangan tentang teori evolusi
sangat menarik untuk diikuti. Darwin berpendapat bahwa berdasarkan pola evolusi
bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan
berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru.
Dalam perkembangannya teori
evolusi Darwin mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan yang
menganut paham teori penciptaan – Universal Creation), dukungan dan
pengkayaan-pengkayaan. Jadi, teori sendiri juga berevolusi sehingga teori
evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo Darwinian” dan
“Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin. Berbagai
istilah di bawah ini merupakan hasil pengkayaan yang mencerminkan pergulatan
pemikiran dan argumentasi ilmiah seputar teori evolusi: berdasarkan kecepatan
evolusi (evolusi quasi dan evolusi quantum); berdasarkan polanya (evolusi gradual,
evolusi punctual, dan evolusi saltasi) dan berdasarkan skala produknya (evolusi
makro dan evolusi mikro).
1.2
Rumusan masalah
Apa itu Konsep Teori Seleksi
Darwin dan Neo Darwinisme?
1.3
Tujuan
Mengetahui Konsep Teori Seleksi
Darwin dan Neo Darwinisme
1.4
Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami teori
seleksi menurut Darwin dan Neo Darwinisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Seleksi Darwin
Pada tahun 1859, Charles
Darwin menerbitkan bukunya dengan judul On the Origin of Species by Means of
Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle for
Life. Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak
punah perlu adanya perjuangan untuk hidup.
Teori evolusi Darwin merupakan
teori yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan
sekitarnya maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun
1858 Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species
to Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural
Mean of Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat
Charles Darwin dan Alfred Wallace. Gagasan Charles Darwin dan Alfred Wallace
tentang evolusi ditandai dengan adanya tiga observasi dan dua kesimpulan,
yaitu:
Observasi : Bila tidak ada tekanan dari
lingkungannya, makhluk hidup cenderung untuk memperbanyak diri seperti deret
ukur.
Observasi : Dalam kondisi lapangan, meskipun
anggota populasi sering berubah dalam jangka waktu yang panjang, besarnya
populasi adalah tetap.
Kesimpulan
: Tidak semua telur dan sperma dapat menjadi zigot. Tidak semua zigot
menjadi dewasa. Tidak semua makhluk dewasa dapat bertahan dan mengadakan
reproduksi. Untuk dapat bertahan perlu adanya perjuangan.
Observasi : Tidak semua anggota suatu spesies
adalah sama, dengan perkataan lain terjadi variasi dalam spesies.
Kesimpulan : Dalam perjuangan untuk hidup, varian
yang baik akan menikmati hasil kompetisi terhadap varian lain. Varian tersebut
akan berkembang menjadi lebih banyak secara proporsional dan akan mempunyai
keturunan secara proporsional pula.
Asal mula spesies telah
dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru)
terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu
kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari
bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
Setelah menyelesaikan
pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan
para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada
ekspedisi Beagle yang berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin
mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan
kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh
Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup
di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi
paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan
Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di
kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau
memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami
perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima
idea yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah.
Tahap berikutnya, ia
mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat
dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap
hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah,
tetapi juga mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup.
Perjuangan untuk hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi
ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap
survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis
meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara
kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang
dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa pendahulunya, antara lain
(1) Erasmus, kakek Charles Darwin, (2) Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi, (3)
Charles Lyell, yang ahli geologi, (4) Jean Baptista Lamarck. Erasmus Darwin
dalam bukunya “Zoonomia”, menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula
yang sama, dan bahwa respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya.
Thomas Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan
kata, “perjuangan untuk hidup”. Thomas Robert Maltus mengemukakan pada bukunya
“Essay On the Principle of Population as it Affect the Fulture Improvement of
Man Kind”, bahwa tidak ada keseimbangan antara pertambahan penduduk dan makanan.
Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya variasi karena
pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology” ia mengemukakan bahwa
perubahan terus menerus pada bumi, masih terus berlangsung hingga kini.
Walaupun gagasan Lamarck tidak
disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan Lamarck tentang
diwariskannya sifat yang didapat (acquired character). Terjemahan Darwin
tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai
sejarah panjang leher jerapah. Pada dasarnya teori Darwin dapat dibedakan atas
dua hal pokok yaitu konsep tentang perubahan evolutif dan konsep mengenai
seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak pendapat bahwa makhluk hidup adalah
produk ciptaan yang tak dapat berubah. Makhluk hidup yang sekarang adalah
produk dari perubahan sedikit demi sedikitdari nenek moyang/dari makhluk asal
yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam yang menuntun
terjadinya perubahan tersebut. Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk
hidup merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang ditemukan pada
permulaan abad 19. Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan makhluk yang ada
sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda,
berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya, terlihat adanya
perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi
tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu
pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada
kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran
prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi alam.
Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi alam.
1. Fakta
yang menjadi dasar Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal sebagai
prinsip-prisip seleksi alam Darwin adalah
a.
Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena tingkat kesuburan
makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas perkembangbiakan
suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu menampungnya.
Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian, dan itulah merupakan
fakta yang kedua.
b. Jumlah
individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
Sekalipun tingkat kesuburan
tinggi namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak tanpa terkendali.
Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah
individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang
mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang
berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan
yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor
pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
c.
Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup
setiap makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif maupun pasif. Pada
umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan, baik antar
individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan, termasuk juga
parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang tidak hidup seperti
iklim, dsb.
d.
Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan
maupun hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut antara lain
berkenaan dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman
terlihat mulai dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan
atar individu se spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri
yang menyebankan keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya,
artinya dari generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena
berbagai sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas.
Adanya keanekaragaman itulah
yang menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar satu
individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak
mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga
banyak individu yang mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi
turunan tidak terlalu melonjak jumlahnya sekalipun individu turunan yang
dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
e. Seleksi
alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan
“perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar individu disebabkan ada individu
yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang
lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam
“perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai
peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan dan sekaligus mewariskan
ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu yang kurang berhasil
lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi.
f.
Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang
terus mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus mengadakan
penyesuaian melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya
peristiwa seleksi alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada
generasi tertentu akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin
adaptif serta spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
2. Evolusi Organik terjadi karena peristiwa seleksi alam
Makna utama wawasan Darwin dalam teori ini adalah
bahwa evolusi organik memang terjdi, dan bahwa evolusi organik tersebut terjadi
karena peristiwa seleksi alam. Dalam hubungannya dengan teori seleksi alam
Darwin, terdapat kesan yang cukup kuat bahwa peristiwa seleksi alam adalah sebab
utama terjadinya evolusi (G.G. Simpson, Life: An Introduction to Biology,
1957); disamping itu peristiwa seleksi alam diartikan sebagai suatu perjuangan
langsung antar individu sespesies ataupun antar spesies (direct combat: C.A.
Villec, General Zoology, 1978). Munculnya teori seleksi alam Darwin ternyata
menimbulkan banyak kontroversi di kalangan para ahli biologi. Disamping itu
pula mendapatkan reaksi keras dan tantangan. Sejak semula teori seleksi alam
Darwin ini ditafsirkan secara keliru sebagai teori yang memperkenalkan bahwa
manusia berasal dari kera. Reaksi dan tantangan masih berkelanjutan hingga
sekarang dan menjadi demikian kacaunya karena reaksi agama terlebih lagi dengan
munculnya buku karya Harun Yahya tentang Runtuhnya Teori Evolusi;. Dalam hal
ini makna wawasan Darwin telah dipertentangkan dengan ajaran agama atas dasar
persepsi yang salah. Oleh karena itu peluang munculnya pemikiran yang jernih
atas teori seleksi alam Darwin berkurang atau hilang sama sekali dan pada
akhirnya menutup kemungkinan ditemukannya manfaat terapan dari teori tersebut.
Sangat boleh jadi diantara kita tidak sedikit yang masih mempunyai persepsi
keliru atas teori seleksi alam Darwin. Sesungguhnya makna wawasan Darwin adalah
berkenaan dengan kedua makna yang telah disebutkan sebelumnya dan sama sekali
tidak memperkenalkan ajaran yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera.
Namun demikian, sebagai suatu teori keilmuan yang berkenaan dengan perkembangan
(perubahan) makhluk hidup, pada kenyataannya teori seleksi alam Darwin telah
mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Hasil dari pengembangan dan
penyempurnaan tersebut telah melahirkan teori/paham baru tentang seleksi alam
yang lebih dikenal dengan Neo Darwinisme.
2.2 Neo Darwinisme
Saat buku yang ditulis oleh
Darwin berjudul The Origin of Spesies meluap di penjuru dunia, seorang
ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada
tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19,
penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal
kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu
kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi
genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan
luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan
Darwin.
Perkembangan ini seharusnya membuat teori Darwin
terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak terjadi, karena ada
kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi, memperbarui dan mengangkat
kembali teori ini pada kedudukan ilmiah.Teori Darwin terpuruk dalam krisis
karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama abad ke-20.
Kelompok yang setuju akan teori Darwin mengadakan sebuah pertemuan yang
diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika G.
Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi Ernst Mayr dan Julian
Huxley, ahli paleontologi George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika
matematis Ronald Fisher dan Sewall Right hadir dalam pertemuan tersebut.
Setelah pembicaraan panjang akhirnya mereka menyetujui untuk menambahkan teori
Darwin menjadi Neo Darwinisme.
Untuk menghadapi fakta
“stabilitas genetic” kelompok ilmuwan ini menggunakan konsep “mutasi” yang
diperkenalkan oleh ahli botani asal Belanda, Hugo de Vries pada awal abad
ke-20. Mutasi adalah kerusakan yang terjadi untuk alas an yang tidak diketahui
dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk hidup. Beberapa dekade berikutnya
menjadi era perjuangan berat untuk membuktikan kebenaran Neo Darwinisme. Telah
diketahui bahwa mutasi yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup
selalu membahayakan. Neo Darwinis berupaya memberikan contoh “mutasi yang
menguntungkan” dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Selama beberapa
dasawarsa mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai jenis
lainnya. Namun tak satupun dari percobaan ini yang memperlihatkan mutasi
yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup. Semua upaya mereka
berakhir dengan kegagalan total.
Teori Neo Darwinis telah
ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan
dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yang diasumsikan teori Neo Darwinis
sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke
spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies
yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri
anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang
dan keturunannya. Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai evolusi menerima
teori Neo Darwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada
beberapa dekade terakhir ini, telah dikemukakan sebuah model lain yang
dinamakan “punctuated equilibrium”. Model ini menolak gagasan Darwin tentang
evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya,
model ini menyatakan evolusi terjadi dalam “loncatan” besar yang diskontinu.
Pembela fanatik pendapat ini
pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli
paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould, sangat sadar bahwa pernyataan
Neo Darwinis telah diruntuhkan oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah
membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi
muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang Neo Darwinis
senantiasa berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan
ditemukan. Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun
di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah
akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut punctuated
equilibrium. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai
hasil dari variasi minor, namun dalam perubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh,
O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi
Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur
reptil, sebagai “mutasi besar-besaran” (gross mutation). Menurut teori
tersebut, seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami
perubahan menyeluruh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan
dengan hukum-hukum genetika, biofisika dan biokimia. Dalam ketidakberdayaan
karena pandangan Neo Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi
pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada
Neo Darwinisme itu sendiri.
Satu-satunya tujuan model ini adalah memberikan
penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang tidak dapat
dijelaskan model Neo Darwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam
evolusi burung dengan pernyataan bahwa “seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur
reptil” sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh
evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan
perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan. Akan tetapi, tidak ada
mutasi yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru
padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, “mutasi
besar-besaran” yang digambarkan oleh model punctuated equilibrium hanya akan
menyebabkan pengurangan atau perusakan “besar-besaran” pada informasi genetis.
Lebih jauh lagi, model punctuated
equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab
pertanyaan tentang asal usul kehidupan, pertanyaan serupa yang menggugurkan
model Neo Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara
kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran
protein mengalami proses evolusi secara “tiba-tiba” atau “bertahap” tidak masuk
akal.
- Teori dalam Krisis
Seorang ahli biokimia Australia yang bernama Prof. Michael
Denton menyanggah teori Darwinisme. Menurutnya, terdapat pertentangan mencolok
ketika teori evolusi dihadapkan dengan penemuan-penemuan ilmiah dalam berbagai
bidang seperti asal-usul kehidupan, genetika populasi, anatomi perbandingan,
ilmu fosil, dan biokimia. Menurutnya, evolusi adalah sebuah teori yang sedang
dilanda krisis.
Dalam bukunya Evolution: A Theory in Crisis (1985)
yang artinya evolusi sebuah teori dalam krisis, Denton menguji teori ini
ditinjau dari berbagai cabang ilmu dan menyimpulkan bahwa teori seleksi alam
sangatlah jauh dalam memberikan penjelasan bagi kehidupan di bumi. Tujuan
Denton dalam mengajukan sanggahannya bukanlah untuk menunjukkan kebenaran dari
pandangan lain, tetapi hanya membandingkan Darwinisme dengan fakta-fakta ilmiah.
Selama dua dasawarsa terakhir, banyak evolusionis lain menerbitkan karya-karya
penting yang mempertanyakan keabsahan teori evolusi Darwin.
- Teori Harun Yahya
Harun Yahya dalam buku-buku karyanya membahas tentang
beberapa hal menanggapi teori evolusi yang sebelumnya dicetuskan oleh Darwin
dan kaum evolusionis lainnya. Dalam bukunya, Harun Yahya menyampaikan tentang
variasi dan spesies, mitos homologi, ketidakabsahan pernyataan homologi
molekuler. Pendapat Harun Yahya terhadap hal-hal itu adalah sebagai berikut:
a.
Variasi dan Spesies
Evolusi menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti
kebenaran teorinya. Namun menurut Harun Yahya, variasi bukanlah bukti evolusi
karena variasi hanya hasil aneka kombinasi informasi genetis yang sudah ada,
dan tidak menambahkan karakteristik baru pada informasi genetis.
Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetis yang
ada. Dalam ilmu genetika, batas-batas ini disebut “kelompok gen” (gene
pool). Variasi menyebabkan semua karakteristik yang ada di dalam kelompok
gen suatu spesies bisa muncul dengan beragam cara. Misalnya, pada suatu spesies
reptil, variasi menyebabkan kemunculan verietas yang relatif berekor panjang
atau berkaki pendek, karena baik informasi tentang kaki pendek maupun panjang
terdapat dalam kantong gen. Namun, variasi tidak mengubah reptil menjadi burung
dengan menambahkan sayap atau bulu-bulu, atau dengan mengubah metabolisme
mereka. Perubahan demikian memerlukan penambahan informasi genetis pada makhluk
hidup, yang tidak mungkin terjadi dalam variasi.
Dalam buku The Origin of Species, Darwin
menyatakan bahwa paus berevolusi dari beruang yang berusaha berenang. Darwin
menganggap bahwa kemungkinan variasi dalam spesies tidak terbatas. Pendapat ini
dibantah oleh Harun Yahya. Ia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan abad ke-20
telah menunjukkan bahwa skenario evolusi ini hanya khayalan.
b.
Mitos Homologi
Dalam ilmu biologi, kemiripan struktural di antara spesies
yang berbeda disebut homologi. Evolusionis mencoba mengajukan kemiripan
tersebut sebagai bukti evolusi. Darwin mengira bahwa makhluk-makhluk dengan
organ yang mirip (homolog) memiliki hubungan evolusi di antara mereka dan
organ-organ ini diwarisi dari nenek moyang yang sama. Menurut asumsinya,
merpati dan elang memiliki sayap karena itu merpati, elang, dan bahkan semua
unggas bersayap berevolusi dari nenek moyang yang sama.
Menurut Harun Yahya, homologi merupakan argumen menyesatkan
yang dikemukakan hanya berdasarkan kemiripan fisik sejak zaman Darwin hingga
sekarang, argumen ini belum pernah dibuktikan oleh satu temuan konkret pun.
Tidak pernah ditemukan satu pun fosil nenek moyang imajiner yang memiliki
struktur-struktur homolog. Harun Yahya mengatakan ada hal-hal yang memperjelas
bahwa homologi tidak membuktikan teori evolusi. Pendapat Harun Yahya adalah
sebagai berikut.
1)
Organ-organ homolog ditemukan pula pada spesies-spesies yang sangat berbeda,
bahkan evolusionis tidak dapat menunjukkan hubungan evolusi di antara
spesies-spesies tersebut.
2)
Kode-kode genetis beberapa makhluk yang memiliki organ-organ homolog sama
sekali berbeda satu sama lain.
3)
Perkembangan embriologis organ-organ homolog benar-benar berbeda pada
makhluk-makhluk yang berbeda.
Misalnya adanya organ-organ serupa pada spesies yang
berbeda. Ada sejumlah organ homolog yang sama-sama dimiliki berbagai spesies
berbeda, namun evolusionis tidak mampu menunjukkan hubungan evolusi di antara
mereka, misalnya sayap. Selain burung, sayap terdapat pula pada hewan mamalia
(seperti kelelawar), pada serangga, bahkan pada jenis reptil yang telah punah
(beberapa dinosaurus). Tetapi evolusionis tidak menyatakan hubungan evolusi
atau kekerabatan di antara keempat kelompok hewan ini.
Contoh mencolok lainnya adalah kemiripan yang menakjubkan
pada struktur mata berbagai jenis makhluk. Misalnya, walaupun gurita dan
manusia adalah dua spesies yang jauh berbeda, struktur dan fungsi keduanya
sangat mirip. Namun, evolusionis tidak menyatakan bahwa mereka mempu nyai nenek
moyang yang sama karena kemiripan mata. Contoh-contoh ini dan banyak lagi lainnya
memastikan bahwa pernyataan “organ-organ homolog membuktikan spesies makhluk
hidup berevolusi dari satu nenek moyang yang sama” tidak memiliki landasan
ilmiah.
c.
Ketidakabsahan Pernyataan Homolog Molekuler
Pengajuan homologi sebagai bukti evolusi tidak saja gagal
pada tingkat organ, tetapi juga pada tingkat molekuler. Evolusionis mengatakan
bahwa ada kemiripan antara kode-kode DNA atau struktur-struktur protein pada
spesies-spesies yang berbeda dan kemiripan ini membuktikan bahwa
makhluk-makhluk hidup ini telah berevolusi dari nenek moyang yang sama atau
dari satu sama lain. Sebagai contoh, media evolusionisme senantiasa menyatakan
bahwa “ada kemiripan besar antara DNA manusia dan DNA kera”. Kemiripan
ini dikemukakan sebagai bukti hubungan evolusi antara manusia dan kera.
Contoh paling berlebihan dari argumen ini mengacu pada
terdapatnya 46 kromosom pada manusia dan beberapa jenis kera seperti simpanse.
Evolusionis menganggap kedekatan jumlah kromosom antara spesies berbeda
merupakan bukti evolusi. Namun, jika hal ini benar, manusia memiliki kerabat
lebih dekat dengan kentang, dibandingkan dengan kera atau simpanse, karena
kentang memiliki jumlah kromosom lebih dekat dibanding dengan jumlah kromosom
manusia, yaitu 46. Dengan kata lain, manusia dan kentang memiliki jumlah
kromosom yang sama. Contoh nyata tetapi menggelikan ini menunjukkan bahwa
kemiripan DNA tidak lagi dijadikan sebagai bukti hubungan evolusi. Di
sisi lain, terdapat perbedaan molekuler yang sangat besar di antara
makhluk-makhluk yang tampaknya mirip dan berkerabat. Sebagai contoh,
struktur-C, salah satu protein penting bagi pernapasan, sangat berbeda pada
makhluk-makhluk hidup dalam kelas yang sama.
3. Teori
Intellegent Desaign
John G. West, salah satu
pendukung teori ID (Intellegent Desaign), mengatakan bahwa ID didasarkan pada
bukti ilmiah dan tidak terikat untuk membela agama tertentu. Kemunculan teori
ID ini menjadi bantahan keras bagi teori evolusi (khususnya Neo Darwinian).
Adanya dua teori penciptaan mahluk hidup ini menghasilkan sebuah “pertarungan”
yang seru untuk disimak. Publikasi penelitian yang mendukung teori
masing-masing kubu terus dilakukan untuk meyakinkan kepada publik akan
kebenaran teorinya. Saling serang menjadi hal yang biasa terlihat. Meskipun
demikian, kondisi ini sebenarnya berpengaruh positif terhadap pemahaman tentang
asal-usul mahluk hidup. Dua alternatif pilihan ini akan memacu publik untuk
berpikir secara objektif, tanpa terpatok dengan satu teori tertentu. Sayangnya,
kebebasan untuk mengkaji teori asal-usul mahluk hidup ini tidak sepenuhnya
dijamin. Terdapat beberapa negara yang cenderung untuk memihak teori tertentu.
Bahkan, teori yang tidak didukung akan dibatasi pengajaran dan publikasinya
pada publik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Evolusi, teori evolusi, dan teori Darwin adalah
tiga hal yang berbeda meskipun berkaitan sangat erat. Evolusi
dapat dipandang sebagai fakta dan sebagai teori. Sebagai fakta, evolusi
adalah perubahan. Teori evolusi menjelaskan mekanisme perubahan itu. Teori Darwin
hanyalah salah satu dari beberapa teori evolusi yang pernah diajukan, dan
sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan. Menentang teori Darwin belum
tentu menentang teori evolusi karena
bisa juga berarti mengajukan teori evolusi lain yang lebih baik dari
teori evolusi
Darwin. Menentang teori evolusi seyogyanya dilakukan dengan memberikan penjelasan
(teori) lain yang lebih dapat diterima mengenai berbagai fakta yang selama ini
diyakini sebagai bukti evolusi atau fakta yang selama ini dapat dijelaskan
berdasarkan konsep evolusi.
3.2. Saran
Melalui makalah ini Penulis mengharapkan bagi para pembaca untuk bisa
mengembangkan maksud dari evolusi itu dan juga ikut berperan dalam menggali
evolusi di muka bumi ini yang mana kita tahu bahwa evolusi adalah suatu hal
yang belum jelas dan dapat di buktikan secara langsung. Oleh karena itu
teori – teori tentang evolusi janganlah dijdikan sebuah momen untuk berperang
pemikiran karena akan menimbulkan perpecahan.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk dapat mengevaluasi hasil penyusunan makalah ini dan agar dapat
disempurnakan kembali. Atas kritik dan sarannya penulis sampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://rosidmarwanto.blogspot.com/2013/05/neo-darwinisme-dan-mutasi.html
diakses 25 februari 2014
http://supeksa.wordpress.com/2012/04/20/sejarah-perkembangan-teori-evolusi-makhluk-hidup/
diakses 25 februari 2014
http://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/04/21/evolusi-new-darwinisme/
diakses 25 februari 2014
http://evolusiblog.wordpress.com/handout/perkembangan-teori-evolusi/
diakses 25 februari 2014
Nah penjelasannya mudah
ReplyDeleteGame Android
Gampang dimengerti
Informasi Terbaru
Terimakasih bayak