Wednesday, 26 March 2014




RESENSI BUKU
 “LANSKAP BUDAYA SUBAK”

 
Oleh :

I WAYAN AGUS PERMADI
(NPM : 11.8.03.51.30.2.5.0947)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2013




Judul
: Lanskap Budaya Subak
Penulis
: Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS.
Penerbit
: UNMAS PRESS
Tahun
: 2013
Tebal
: viii + 188 hal


Resensi
:

Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan di lahan persawahan yang digunakan dalam bercocok tanam padi di daerah Bali. Setiap subak di Bali ini biasanya memiliki sebuah pura khusus yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan yaitu Dewi Sri. Dalam subak susunan organisasinya bervariasi tergantung pada ukuran subaknya. Subak yang kecil biasanya memiliki susunan organisasi yang sederhana, sebaliknya subak yang besar memiliki susunan organisasi yang kompleks. Unsure pengurus subak disebut prajuru subak. Prajuru subak terdiri atas pekaseh (ketua subak), petajuh (wakil), penyarikan (sekretaris), petengen atau juru raksa (bendahara). Anggota Subak adalah orang yang mempunyai sawah dan mendapatkan air yang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
  1. Anggota aktif, yaitu anggota subak yang wajib aktif dalam segala kegiatan subak seperti krama pekaseh,sekaa yeh atau sekaa Subak.
  2. Anggota tidak aktif yaitu anggota subak yang karena alasan tertentu tidak terlibat secara langsung dan mengganti kewajibannya dengan sejumlah beras atau uang yang disebut Pengohot atau Pengampel.
  3. Anggota khusus, yaitu anggota subak yang tidak bisa aktif dalam segala kegiatan subak karena mempunyai tugas penting atau memangku jabatan tertentu , seperti bendesa adat, sulinggih atau pemangku
Sejarah perkembangan subak tidak pernah terlepas dari filsafat Tri Hita Karana. Misalnya terkait dengan unsur parhyangan,makin besar subak makin luas wilayah subak, makin banyak pura dan upacara keagamaan yang perlu dilakukan. Unsur pawongan. Dalam menata hubungan antara sesame manusia, subak memiliki organisasi, pengurus, peraturan dan tata cara melakukan kerjasama baik di dalam subak sendiri maupun dengan pihaklain diluar subak sendiri. Dan terakhir aspek palemahan dalam subak juga terus berkembang. Salah satu perkembangan yang mudah diamati adalah dalam penataan saluran irigasi. Dan yang merupakan cikal bakal terbentuknya subak yaitu pada kawasan lembah dengan sumber mata air yang relatif besar sehingga mampu mengairi lahan persawahan yang luas, salah satu tempatnya itu adalah lembah di hulu Daerah Aliran Sungai Tukad Pakerisan. Kawasan itu terletak di sisi timur Desa Tampaksiring Bali. Dalam sistem subak saluran irigasi airnya meliputi Bendung (empelan): lokasinya pada kawasan tikungan sungai, Saluran irigasi (telabah): saluran terbuka yang dimanfaatkan oleh subak yang bersangkutan untuk mengalirkan air irigasi hingga kepetak sawah petani, Trowongan (aungan): dibuat apabila saluran irigasi (telabah) tidak dimungkinkan untuk dibuat dan Bangunan bagi (tembuku): digunakan untuk membagi air ke setiap sawah milik petani.

Subak ditetapkan dalam daftar warisan dunia oleh UNESCO pada tanggal 12 Juni 2012 di Saint Petersburg Rusia dan mengkategorikannya sebagai lanskap budaya karena dibentuk dari perpaduan antara perilaku manusia dan alam. Oleh UNESCO subak adalah salah satu bentuk demokrasi tertua di dunia. Jadi sistem pengairan subak, pembagian air untuk persawahan, pura atau tempat ibadat dan bagi masyarakat menggunakan filosofi demokratis yang tidak mengambil dari luar tetapi menggali dari dalam negeri sendiri. Warisan dunia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pariwisata, pendidikan, penelitian dan lain-lain . Lanskap budaya yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia terdiri atas empat kelompok atau klaster. Keempat kelompok tersebut adalah (1) Pura Ulun Danu Batur di Kabupaten Bangli, (2) Kawasan Daerah Aliran Sungai Tukad Pakerisan di Kabupaten Gianyar, (3) Kawasan Catur Angga Batukaru yang meliputi Kabupaten Buleleng dan Tabanan, (4) Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung.

Dalam subak juga terdapat keanekaragaman hayati ( keanekaragaman gen , spesies, dan ekosistem ). Keanekaragaman gen dalam subak contohnya adalah varietas padi, dimana secara umum dikenal dua kelompok varietas padi yaitu varietas padi lokal dan padi unggul. Kedua varietas itu memiliki sifat yang berbeda, seperti batang tanaman padi varietas unggul lebih pendek dibanding padi lokal. Keanekaragaman spesies adalah berbagai spesies yang hidup dalam satu wilayah tertentu. Makin banyak spesies yang terdapat dalam sebuah kawasan, maka makin tinggi pula nilai keanekaragaman spesies di kawasan tersebut. Dalam lanskap budaya subak memiliki keanekaragaman spesies yang sangat tinggi. Keanekaragaman spesies tersebut mencakup berbagai spesies binatang dan tumbuhan seperti berbagai spesies burung seperti burung kokokan, burung kuntul, burung blekok sawah dan burung bangau. Dan dalam keanekaragaman tumbuhan, selain padi yang merupakan tanaman utama di sawah, para petani juga menanam berbagai spesies tanaman yang lain seperti tanaman kelapa, pisang, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Keanekaragaman ekosistem merupakan unit interaksi antar organism dan lingkungan sekitarnya. Dalam lanskap budaya subak keanekaragaman ekosistem meliputi keanekaragaman tanaman padi yang merupakan tumbuhan utama, sementara binatang lain, seperti tikus, burung dan manusia memakan padi. Oleh karena itu subak memiliki cirri fisik khas, dan merupakan bagian biosfir yang bersifat mandiri.dengan demikian subak merupakan ekosistem. Secara ekologi keanekaragaman hayati ini bermanfaat sebagai sistem penunjang kehidupan, yaitu sistem yang harus tetap ada agar kehidupan di permukaan bumi ini tetap berlangsung.

Lanskap budaya subak merupakan suatu contoh pertanian yang berkelanjutan. Di dalam subak juga terdapat sebuah budaya atau kebudayaan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat serta kebiasaan sekelompok masyarakat Bali. Selain itu, sebagai kebudayaan subak merupakan hasil karya, rasa dan cipta nenek moyang masyarakat Bali. Hasil karya itu terabadikan dalam bentuk berbagai teknologi bertani yang bersahabat dengan alam. Selain itu juga diwariskan dalam bentuk kebendaan , seperti lanskap sawah bertingkat-tingkat dan bangunan irigasi. Subak memberikan identitas pada keunikan kebudayaan Bali sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan antara Tuhan, manusia dan alam sekitarnya. Konsep subak harus tetap dilanjutkan agar anak, cucu, danketurunan selanjutnya teteap dapat hidup serasi, harmonis serta seimbang dengan alam dan lingkungan sekitarnya.

Penampilan Buku  :  Menarik

Manfaatnya untuk pendidikan :  Buku ini sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan, karena dengan membaca buku ini pengetahuan si pembaca akan terbuka lebar tentang lanskap budaya subak yang terdapat di Bali. Buku ini telah menguraikan dengan jelas keterkaitan antara kita dengan alam melalui budaya subak. Dan generasi muda sekarang akan menjadi lebih cinta akan tanah airnya sendiri mengingat banyaknya kebudayaan dan tradiri yang diwariskan oleh nenek moyangnya terdahulu.












0 comments:

Post a Comment