Monday 7 April 2014



Perkembangan Peserta Didik

PERKEMBANGAN FANTASI DAN MANFAATNYA BAGI PERKEMBANGAN ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan tersebut menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa serta perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti dengan pertumbuhan sehingga lebih optimal dan tergantung pada potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi tersebut merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan sosial dan perilaku.
Selain faktor biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan anak. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif.
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Untuk mencapai taraf kemanusiaan yang normal pada anak perlunya pengembangan – pengembangan yang bersifat imajinatif. Perkembangan imajinatif dilatarbelakangi oleh perkembangan fantasi yang dimiliki oleh anak. Dari perkembangan fantasi tersebut anak akan mampu mengembangkan kemampuan – kemampuan yang bersifat kreatif dan imajinatif, sehinggan nantinya anak mampu mengembangkan kemampuan atas bakat dan minat yang dimilikinya.   

1.2       Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan perkembangan?
2.      Apakah yang dimaksud dengan perkembangan fantasi dan manfaatnya pada anak?
3.      Bagaimana cara mengimplementasikan perkembangan fantasi pada anak?

1.3       Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian perkembangan.
2.      Mengetahui pengertian perkembangan fantasi dan manfaatnya pada anak.
3.   Mengetahui cara – cara yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan perkembangan fantasi pada anak.

1.4.      Manfaat
                                    Adapun manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini, sebagai berikut :
1.      Mampu memahami mengenai pengertian perkembangan.
2.  Mampu memahami mengenai pengertian perkembangan fantasi dan manfaatnya pada anak.
3.  Mampu memahami mengenai cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan perkembangan fantasi pada anak.




BAB II
PENJELASAN KONSEP

  1. Pengertian Perkembangan
Istilah perkembangan (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Secara sederhana Chaplin (2002), mendefinisikan  perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Menurut F.J. Monks, dkk., (2008), mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang progesif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu mulai dari lahir sampai meninggal dunia.  Perubahan – perubahan yang dialami oleh individu atau organisme akan menuju ke tingkat kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
1.       Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian – bagian organisme (fisik & psikis) dan merupakan satu-kesatuan yang harmonis.
2.      Progesif adalah perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3.       Berkesinambungan adalah perubahan pada bagian atau fungsi organisme yang berlangsung secara beraturan.
Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu :
1.      Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ–organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi).
2.      Terjadinya perubahan dalam proporsi, seperti aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas).
3.      Hilangnya tanda–tanda yang lama dialami, seperti tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus seiring bertambahnya usia) dan aspek psikis (lenyapnya gerak – gerik kanak – kanak dan perilaku impulsif).
4.       Diperolehnya tanda – tanda yang baru,seperti tanda – tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) dan tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, serta interaksi dengan lawan jenis).
Dalam konsep perkembangan juga terdapat konsep mengenai pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. Menurut C.P. Chaplin (2007), mendefinisikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan menurut A.E. Sinolungan, (1997), mendefinisikan pertumbuhan sebagai penunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau yang dapat diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
Dengan demikian, istilah pertumbuhan lebih cenderung merujuk kepada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan perkembangan lebih merujuk kepada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.
Hurlock (2008: 161) menjelaskan bahwa salah satu karakteristik tugas perkembangan anak adalah berkaitan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Anak senang memuaskan keingintahuannya dengan hal-hal baru yang berbeda dengan cara menjelajahinya. Misalnya, anak kota ingin menjelajahi desa, sementara anak desa ingin menjelajahi lingkungan perkotaan. Pada periode ini menjelajah merupakan aktivitas yang sangat popular yang dilakukan oleh anak. Popularitas menjelajah sebagai kegiatan bermain akan menimbulkan banyak kegiatan rekreasi dari kelompok terorganisasi, seperti pramuka. Selain menjelajah, kecenderungan rasa ingin tahu yang sangat tinggi dapat dipenuhi dengan melakukan beberapa aktivitas lain, salah satunya adalah dengan membaca karya sastra anak bergenre fantasi. Selain itu, banyaknya jenis permainan yang berkembang dari waktu ke waktu, mulai dari permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern. Tentu saja semua itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak membahayakan bagi perkembangan anak.


  1. Pengertian Perkembangan Fantasi dan Manfaatnya pada Anak
Fantasi adalah hal yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Dengan kata lain fantasi adalah sebuah imajinasi. Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak khayal adalah hal yang serba indah, serba cakap, dan serba kuat (ideal). Hanya satu yang menjadi ganjalan yaitu  semua itu tidak realistis dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke keadaan-keadaan yang akan datang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi, sebagai berikut :
1.    Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2.    Secara tidak disadari, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak itu untuk berdusta. Misanyal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong. 
Fantasi berbeda dengan berpikir, dikatakan berpikir apabila menemukan sesuatu hal yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi menciptakan sesuatu hal yang baru. Tetapi fantasi sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin. Fantasi yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan sesuatu hal yang baru. Fantasi jenis demikian banyak dimilki oleh seniman, desainer juga anak-anak. Fantasi yang dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak lain. Misalnya seseorang yang menonton film, orang ini dapat meliputi apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntun atau dipimpin oleh film tersebut. 
Bila dilihat dari cara orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
1.      Fantasi yang mengabstraksi, yaitu cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskannya maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu lapangan. Bayangan lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan gurun pasir tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak bagian-bagian lapangan yang diabstrksikan. Dalam berfantasi gurun pasir dibayangkan seperti lapangan, tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya.
2.      Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak belum pernah melihat harimau. Yang telah mereka kenal adalah kucing, maka kucing digunakan sebagai bahan untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam berfantasi harimau, dalam bayangan mereka seperti kucing, tetapi bentuknya besar.
3.      Fantasi yang mengombinasi, yaitu cara orang berfantasi dengan mengombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. Misalnya berfantasi tentang ikan duyung, yaitu kepalanya adalah seorang wanita yang cantik, tetapi badannya adalah badan ikan. Jadi adanya kombinasi antara kepala manusia dengan badan ikan. Fantasi yang mengombinasi inilah yang banyak digunakan oleh orang-orang.
Fantasi apabila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain, fantasi lebih bersifat subjektif. Dalam orang berfantasi bayang-bayang atau tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam diri seseorang memegang peranan yang sangat penting. Bayangan yang ditimbulkan karena fantasi disebut bayangan fantasi. Bayangan fantasi berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi merupakan hasil dari persepsi, sedangkan bayangan fantasi adalah hasil dari fantasi. Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau ke depan, maka fantasi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi pula orang dapat menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga dengan demikian akan menambah bahan bayangan yang ada pada individu. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam fantasi. Hal ini merupakan suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata.
 Untuk anak-anak, fantasi adalah bagian terpenting dari kehidupan mereka. Cerita anak-anak yang diceritakan dan permainan yang mereka mainkan akan  mempengaruhi spiritual, emosional, dan pertumbuhan mental anak. Dalam bermain, anak mampu mengembangkan pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, pengetahuan mereka tentang dunia fisik, serta kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi materi dan dunia imajinasi serta hubungan mereka kepada orang lain. Melalui fantasi bermain, anak-anak belajar dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Bermain biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup refleksi yang serius. Bermain merupakan salah satu cara belajar yang membantu mengembangkan pendekatan untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan salah satu aspek kunci dari banyaknya fantasi bermain. Melalui bermain dan melalui proses keingintahuan dan kreativitas anak, akan menguji segala macam asumsi dan gagasan tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Orang dewasa juga mendapatkan banyak pemahaman tentang dunia melalui bermain. Bermain adalah sarana jiwa untuk dapat berkembang.
Banyak permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang berlangsung di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia. Pengalaman menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain. Bermain dapat digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing anak-anak untuk mengembangkan kualitas positif.


  1. Cara-cara yang Dapat Dilakukan untuk Mengimplementasikan Perkembangan Fantasi pada Anak

Let the children play, because it is their world
Kalimat di atas  tidak sekedar retorika, tetapi merupakan kebutuhan mental, fisik dan psikologis anak dalam masa perkembangannya. Bermain merupakan kebahagiaan bagi anak-anak karena dengan bermain mereka bisa mengekspresikan berbagai perasaanya serta belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Banyak ragam dan jenis permainan yang berkembang dari waktu ke waktu. Mulai dari permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern. Tentu saja semua itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak membahayakan bagi perkembangan anak. Secara umum, jenis permainan anak dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1.      Permainan aktif, permainan yang biasanya melibatkan lebih dari satu orang anak. Bentuknya bisa berupa olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan kinestesik dan lebih jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar meraih keunggulan, serta belajar bertahan dalam persaingan. Bentuk permainan seperti ini secara tidak langsung juga melatih aspek kognitif anak untuk belajar mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan, serta mengasah aspek afektif anak untuk bersikap sportif dan belajar menerima kekalahan ketika ia mengalami kegagalan.
2.      Permainan pasif , permainan ini bersifat mekanis dan biasanya dilakukan tanpa teman yang nyata, bentuk konkretnya seperti bermain game di komputer. Jenis permainan seperti ini memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah anak memiliki keterampilan tertentu yang bisa dijadikan suatu proses sehingga anak tersebut memiliki sebuah keahlian tertentu, sehingga bermanfaat untuk kehidupannya kelak. Main game di komputer biasanya membutuhkan keterampilan dan strategi yang tepat dari pemainnya. Sedangkan sisi negatifnya adalah anak akan mengalami ketergantungan yang berlebihan apabila tidak diatur dan dibatasi oleh orang tuanya. Secara mental dan psikologis pun, anak akan cenderung menuntut untuk selalu menjadi nomor satu, bersikap egoistis, selalu ingin berkuasa dan memegang kendali atas sesuatu baik dalam keluarga maupun ketika ia bermain dengan temannya. Ini terjadi karena ia terbiasa senantiasa menang menghadapi lawan pasifnya (seperti komputer). Sikap ini kemungkinan besar akan menjadikan anak tidak bisa menerima kekalahan dan kegagalan, serta kurang nyaman bersosialisasi. Dalam kondisi tertentu, ketergantungan terhadap permainan pasif bisa menghambat kreativitas anak. Anak menjadi kurang kreatif karena terbiasa dengan program yang sudah siap pakai
3.      Permainan fantasi merupakan permainan imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita mungkin sering melihat dan mendengar anak kecil berbicara sendiri ketika bermain boneka. Sebenarnya ia memiliki fantasi dan imajinasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui boneka tersebut. Permainan seperti ini baik untuk kecerdasan otak kanan karena dengan sendirinya anak belajar berperan dengan berbagai karakter yang diciptakannya, merasakan sisi emosional tokoh-tokoh yang ada dalam imajinasinya, serta lambat laun akan memahami nilai baik dan buruk sebuah sikap dan sifat. Namun, sebaiknya anak diberikan ruang dan waktu untuk bermain secara berimbang antara permainan aktif, pasif dan fantasi agar kecerdasan otaknya juga seimbang.
Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi sarana dan proses belajar yang efektif untuk anak, proses belajar yang tidak sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain sebagai sebuah praktek dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak. Dengan bermain, anak bisa merasa bahagia. Rasa bahagia inilah yang menstimulasi saraf-saraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru. Memori yang indah akan membuat jiwanya sehat, begitupun sebaliknya. Karena itu, banyak manfaat dari bermain untuk mengoptimalkan perkembangan anak, di antaranya :
1.      Learning by planning
Bermain bagi anak dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat atau duduk, serta motorik halus seperti menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motorik kasar dan halus akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Secara tidak langsung, permainan merupakan perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai kematangan dan keseimbangan di masa perkembangannya.
2.      Mengembangkan otak kanan
Dalam beberapa kondisi belajar formal, seringkali kinerja otak kanan tidak optimal. Melalui permainan, fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena bermain dengan teman sebaya seringkali menimbulkan keceriaan bahkan pertengkaran. Hal ini sangat berguna untuk menguji kemampuan diri anak dalam menghadapi teman sebaya, serta mengembangkan perasaan realistis anak akan dirinya. Artinya, ia dapat merasakan hal-hal yang dirasa nyaman dan tidak nyaman pada dirinya dan terhadap lingkungannya, serta dapat mengembangkan penilaian secara objektif dan subjektif atas dirinya.
3.      Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Bermain dapat menjadi sarana anak untuk belajar menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Dalam permainan anak berhadapan dengan berbagai karakter yang berbeda, sifat dan cara berbicara yang berbeda pula, sehingga ia dapat mulai mengenal heterogenitas dan mulai memahaminya sebagai unsur penting dalam permainan. Anak juga dapat mempelajari arti penting nilai keberhasilan pribadi dalam kelompok serta belajar menghadapi ketakutan, penolakan, juga nilai baik dan buruk yang akan memperkaya pengalaman emosinya. Dengan kata lain, bermain membuat dunianya lebih berwarna, perasaan kesal, marah, kecewa, sedih, senang, bahagia akan secara lengkap ia rasakan dalam permainan. Hal ini akan menjadi pengalaman emosional sekaligus belajar mencari solusi untuk menanggulangi perasaan-perasaan tersebut di kemudian hari.
4.      Belajar memahami nilai memberi dan menerima
 Bermain bersama teman sebanya bisa membuat anak belajar memberi dan berbagi dalam kehidupannya sejak dini. Melalui permainan, nilai-nilai sedekah dalam bentuk sederhana bisa diterapkan. Misalnya berbagi makanan atau minuman ketika bermain, saling meminjam mainan atau menolong teman yang kesulitan. Anak juga akan belajar menghargai pemberian orang lain sekali pun ia tidak menyukainya, menerima kebaikan dan perhatian teman-temannya. Proses belajar seperti ini tidak akan diperolah anak dengan bermain mekanis/pasif, karena lawan atau teman bermainnya adalah benda mati.
5.      Sebagai ajang untuk berlatih merealisasikan rasa dan sikap percaya diri (self confidence), mempercayai orang lain (trust to people),  kemampuan bernegosiasi (negotiation ability) dan memecahkan masalah (problem solving)
Ragam permainan dapat mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegosiasi, serta memupuk kepercayaan diri anak untuk diakui di lingkungan sosialnya. Anak juga akan belajar menghargai dan mempercayai orang lain, sehingga timbul rasa aman dan nyaman ketika bermain. Rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap orang lain dapat menimbulkan efek positif pada diri anak, ia akan lebih mudah belajar memecahkan masalah karena merasa mendapat dukungan sekalipun dalam kondisi tertentu ia berhadapan dengan masalah dalam lingkungan bermainnya. Reamonn O Donnchadha dalam buku  The Confident Child menyatakan bahwa “Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah.” Kepercayaan merupakan modal dalam membina sebuah hubungan, termasuk hubungan pertemanan anak kecil. Kepercayaan juga dapat menjadi motivasi untuk memecahkan suatu masalah karena tanpa itu masalah tidak akan pernah benar-benar selesai dan sebuah hubungan menjadi tidak harmonis.
Semua orang tua pasti menyayangi anak-anaknya dan bersedia melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, bentuk kasih sayang yang kurang bijaksana seringkali membelenggu kebebasan jiwa anak. Anak adalah jiwa yang bernyawa, hati yang berperasaan dan jasad yang berpemikiran. Biarkan anak bahagia dengan dunianya, karena kebahagiaan di masa kecil turut menentukan kualitas hidupnya di masa depan.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1              Kesimpulan
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan tersebut menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa serta perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti dengan pertumbuhan sehingga lebih optimal dan tergantung pada potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi tersebut merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan sosial dan perilaku.
Perkembangan tersebut tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psikis yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki oleh individu. 
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke keadaan-keadaan yang akan datang.  Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak khayal adalah hal yang serba indah, serba cakap, dan serba kuat (ideal). Hanya satu yang menjadi ganjalan yaitu  semua itu tidak realistis dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Bermain merupakan kebahagiaan bagi anak-anak karena dengan bermain mereka bisa mengekspresikan berbagai perasaanya serta belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi sarana dan proses belajar yang efektif untuk anak, proses belajar yang tidak sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain sebagai sebuah praktek dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak.

3.2              Saran
Ada beberapa hal yang dapat saya sarankan. Pertama anak dalam setiap perkembangan dan pertumbuhannya membutuhkan bimbingan, apabila anak dalam pertumbuhannya tidak dibimbing maka anak itu tidak akan terkontrol dengan baik pada tahap perkembangan fantasinya.
Sebagai seorang calon guru kita semua patut mengetahui ciri-ciri dan perkembangan anak sehingga kita dapat memantau setiap pertumbuhan dan perkembangan fantasinya agar tidak terjadi kesalahan pada saat anak sudah mulai untuk mengeksplor bakat fantasi yang dimilikinya.



DAFTAR REFERENSI

Siti Rahayu Haditono. Monks, FJ. Knoers, AMP, Psikologi Perkembangan, pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah mada University Press, Yogyakarta, 2007
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak jilid II, Erlangga, Jakarta, Tanpa tahun
Paul Herry Mussen. John Janeway Chonger. Jerome Kagan. Aletha Carol Huston, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga, Tanpa tahun
Suharnan, Prof. Dr. MS, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya, 2008

0 comments:

Post a Comment