Perkembangan Peserta Didik
PERKEMBANGAN
FANTASI DAN MANFAATNYA BAGI PERKEMBANGAN ANAK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan anak adalah bertambahnya
kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan tersebut menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa serta
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti dengan pertumbuhan sehingga
lebih optimal dan tergantung pada potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi
tersebut merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu
faktor genetik, lingkungan sosial dan perilaku.
Selain faktor biologi, konteks sosial
juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan anak. Perspektif ini
menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar
terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi
langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar
secara aktif lebih baik daripada secara pasif.
Anak adalah makhluk sosial seperti juga
orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang
lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Untuk
mencapai taraf kemanusiaan yang normal pada anak perlunya pengembangan –
pengembangan yang bersifat imajinatif. Perkembangan imajinatif dilatarbelakangi
oleh perkembangan fantasi yang dimiliki oleh anak. Dari perkembangan fantasi
tersebut anak akan mampu mengembangkan kemampuan – kemampuan yang bersifat
kreatif dan imajinatif, sehinggan nantinya anak mampu mengembangkan kemampuan
atas bakat dan minat yang dimilikinya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah yang dimaksud dengan
perkembangan?
2.
Apakah yang dimaksud dengan
perkembangan fantasi dan manfaatnya pada anak?
3.
Bagaimana cara
mengimplementasikan perkembangan fantasi pada anak?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, sebagai
berikut :
1.
Mengetahui pengertian
perkembangan.
2.
Mengetahui pengertian
perkembangan fantasi dan manfaatnya pada anak.
3. Mengetahui cara – cara yang
dapat dilakukan untuk mengimplementasikan perkembangan fantasi pada anak.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini, sebagai
berikut :
1.
Mampu memahami mengenai
pengertian perkembangan.
2. Mampu memahami mengenai
pengertian perkembangan fantasi dan manfaatnya pada anak.
3. Mampu memahami mengenai
cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan perkembangan fantasi
pada anak.
BAB II
PENJELASAN KONSEP
- Pengertian Perkembangan
Istilah
perkembangan (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup
rumit dan kompleks. Secara sederhana Chaplin (2002), mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati,
pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan
pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Menurut F.J. Monks,
dkk., (2008), mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses ke arah yang
lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan juga dapat
diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pematangan, dan belajar.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
perkembangan adalah perubahan yang progesif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Perubahan – perubahan yang dialami oleh individu
atau organisme akan menuju ke tingkat kedewasaan yang berlangsung secara
sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
1. Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan
itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian –
bagian organisme (fisik & psikis) dan merupakan satu-kesatuan yang
harmonis.
2. Progesif
adalah perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam baik
secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3. Berkesinambungan adalah perubahan pada bagian
atau fungsi organisme yang berlangsung secara beraturan.
Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu :
1. Terjadinya
perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ–organ tubuh) dan
aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi).
2. Terjadinya
perubahan dalam proporsi, seperti aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah
sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari
fantasi ke realitas).
3. Hilangnya
tanda–tanda yang lama dialami, seperti tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar
thymus seiring bertambahnya usia) dan aspek psikis (lenyapnya gerak – gerik kanak
– kanak dan perilaku impulsif).
4. Diperolehnya tanda – tanda yang baru,seperti
tanda – tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) dan
tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, serta
interaksi dengan lawan jenis).
Dalam konsep perkembangan juga terdapat
konsep mengenai pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah
istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih
bersifat biologis. Menurut C.P. Chaplin (2007), mendefinisikan pertumbuhan
sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh
atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan menurut A.E.
Sinolungan, (1997), mendefinisikan pertumbuhan sebagai penunjuk pada perubahan
kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau yang dapat diukur, seperti panjang
atau berat tubuh.
Dengan demikian, istilah pertumbuhan
lebih cenderung merujuk kepada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang
melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju
keruntuhannya. Sedangkan perkembangan lebih merujuk kepada kemajuan mental atau
perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.
Hurlock (2008: 161) menjelaskan bahwa
salah satu karakteristik tugas perkembangan anak adalah berkaitan dengan rasa
ingin tahu yang tinggi. Anak senang memuaskan keingintahuannya dengan hal-hal
baru yang berbeda dengan cara menjelajahinya. Misalnya, anak kota ingin
menjelajahi desa, sementara anak desa ingin menjelajahi lingkungan perkotaan. Pada periode ini menjelajah merupakan
aktivitas yang sangat popular yang dilakukan oleh anak. Popularitas menjelajah
sebagai kegiatan bermain akan menimbulkan banyak kegiatan rekreasi dari
kelompok terorganisasi, seperti pramuka. Selain menjelajah, kecenderungan rasa
ingin tahu yang sangat tinggi dapat dipenuhi dengan melakukan beberapa
aktivitas lain, salah satunya adalah dengan membaca karya sastra anak bergenre
fantasi. Selain itu, banyaknya jenis permainan yang berkembang dari waktu ke
waktu, mulai dari permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern.
Tentu saja semua itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak
membahayakan bagi perkembangan anak.
- Pengertian Perkembangan Fantasi dan Manfaatnya pada Anak
Fantasi
adalah hal yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak
benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Dengan kata lain
fantasi adalah sebuah imajinasi. Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak khayal
adalah hal yang serba indah, serba cakap, dan serba kuat (ideal). Hanya satu
yang menjadi ganjalan yaitu semua itu
tidak realistis dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Fantasi
ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan
baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang
dihadapinya dan menjangkau ke keadaan-keadaan yang akan datang. Fantasi sebagai
kemampuan jiwa manusia dapat terjadi, sebagai berikut :
1. Secara disadari, yaitu apabila
individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang
sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2. Secara tidak disadari, yaitu apabila
individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini
banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat
fantastis., sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak itu untuk berdusta.
Misanyal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong.
Fantasi
berbeda dengan berpikir, dikatakan berpikir apabila menemukan sesuatu hal yang
sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi menciptakan sesuatu hal yang
baru. Tetapi fantasi sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan
fantasi yang dipimpin. Fantasi yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk
atau jenis fantasi yang menciptakan sesuatu hal yang baru. Fantasi jenis
demikian banyak dimilki oleh seniman, desainer juga anak-anak. Fantasi yang
dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang
dituntun oleh pihak lain. Misalnya seseorang yang menonton film, orang ini
dapat meliputi apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau
tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu, sehingga dengan demikian
fantasinya dituntun atau dipimpin oleh film tersebut.
Bila dilihat
dari cara orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
1. Fantasi yang mengabstraksi, yaitu cara
orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada
bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun
pasir, maka untuk menjelaskannya maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu
lapangan. Bayangan lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan
gurun pasir tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak
bagian-bagian lapangan yang diabstrksikan. Dalam berfantasi gurun pasir
dibayangkan seperti lapangan, tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya.
2. Fantasi yang mendeterminasi, yaitu
cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak
belum pernah melihat harimau. Yang telah mereka kenal adalah kucing, maka kucing
digunakan sebagai bahan untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam
berfantasi harimau, dalam bayangan mereka seperti kucing, tetapi bentuknya
besar.
3. Fantasi yang mengombinasi, yaitu cara
orang berfantasi dengan mengombinasikan pengertian-pengertian atau
bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. Misalnya berfantasi
tentang ikan duyung, yaitu kepalanya adalah seorang wanita yang cantik, tetapi
badannya adalah badan ikan. Jadi adanya kombinasi antara kepala manusia dengan
badan ikan. Fantasi yang mengombinasi inilah yang banyak digunakan oleh orang-orang.
Fantasi apabila
dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain, fantasi lebih bersifat
subjektif. Dalam orang berfantasi bayang-bayang atau tanggapan-tanggapan yang
telah ada dalam diri seseorang memegang peranan yang sangat penting. Bayangan
yang ditimbulkan karena fantasi disebut bayangan fantasi. Bayangan fantasi
berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi merupakan hasil dari
persepsi, sedangkan bayangan fantasi adalah hasil dari fantasi. Oleh karena
dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau ke depan, maka fantasi mempunyai
arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi pula orang dapat
menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga dengan demikian
akan menambah bahan bayangan yang ada pada individu. Namun demikian, ini tidak
berarti bahwa fantasi itu tidak mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan
fantasi orang dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam fantasi. Hal
ini merupakan suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak
nyata.
Untuk anak-anak, fantasi adalah bagian terpenting
dari kehidupan mereka. Cerita anak-anak yang diceritakan dan permainan yang mereka
mainkan akan mempengaruhi spiritual,
emosional, dan pertumbuhan mental anak. Dalam bermain, anak mampu mengembangkan
pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, pengetahuan
mereka tentang dunia fisik, serta kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan
teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi materi dan dunia imajinasi
serta hubungan mereka kepada orang lain. Melalui fantasi bermain, anak-anak
belajar dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Bermain
biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup refleksi yang
serius. Bermain merupakan salah satu cara belajar yang membantu mengembangkan
pendekatan untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan salah satu aspek kunci
dari banyaknya fantasi bermain. Melalui bermain dan melalui proses
keingintahuan dan kreativitas anak, akan menguji segala macam asumsi dan
gagasan tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Orang dewasa juga
mendapatkan banyak pemahaman tentang dunia melalui bermain. Bermain adalah
sarana jiwa untuk dapat berkembang.
Banyak
permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang berlangsung
di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia. Pengalaman
menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain. Bermain dapat
digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing anak-anak untuk
mengembangkan kualitas positif.
- Cara-cara yang Dapat Dilakukan untuk Mengimplementasikan Perkembangan Fantasi pada Anak
Let the children play, because it is their world
Kalimat
di atas tidak sekedar retorika, tetapi merupakan kebutuhan mental, fisik
dan psikologis anak dalam masa perkembangannya. Bermain merupakan kebahagiaan
bagi anak-anak karena dengan bermain mereka bisa mengekspresikan berbagai
perasaanya serta belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Banyak
ragam dan jenis permainan yang berkembang dari waktu ke waktu. Mulai dari
permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern. Tentu saja semua
itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak membahayakan bagi
perkembangan anak. Secara umum, jenis permainan anak dapat dikategorikan ke
dalam 3 kelompok, yaitu :
1.
Permainan aktif, permainan yang biasanya melibatkan lebih dari
satu orang anak. Bentuknya bisa berupa olahraga yang bermanfaat untuk mengolah
kemampuan kinestesik dan lebih jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar
meraih keunggulan, serta belajar bertahan dalam persaingan. Bentuk permainan
seperti ini secara tidak langsung juga melatih aspek kognitif anak untuk
belajar mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan, serta
mengasah aspek afektif anak untuk bersikap sportif dan belajar menerima
kekalahan ketika ia mengalami kegagalan.
2.
Permainan pasif , permainan ini bersifat mekanis dan biasanya
dilakukan tanpa teman yang nyata, bentuk konkretnya seperti bermain game di
komputer. Jenis permainan seperti ini memiliki sisi positif dan negatif. Sisi
positifnya adalah anak memiliki keterampilan tertentu yang bisa dijadikan suatu
proses sehingga anak tersebut memiliki sebuah keahlian tertentu, sehingga
bermanfaat untuk kehidupannya kelak. Main game di komputer biasanya membutuhkan
keterampilan dan strategi yang tepat dari pemainnya. Sedangkan sisi negatifnya
adalah anak akan mengalami ketergantungan yang berlebihan apabila tidak diatur dan
dibatasi oleh orang tuanya. Secara mental dan psikologis pun, anak akan
cenderung menuntut untuk selalu menjadi nomor satu, bersikap egoistis, selalu
ingin berkuasa dan memegang kendali atas sesuatu baik dalam keluarga maupun
ketika ia bermain dengan temannya. Ini terjadi karena ia terbiasa senantiasa
menang menghadapi lawan pasifnya (seperti komputer). Sikap ini kemungkinan
besar akan menjadikan anak tidak bisa menerima kekalahan dan kegagalan, serta
kurang nyaman bersosialisasi. Dalam kondisi tertentu, ketergantungan terhadap
permainan pasif bisa menghambat kreativitas anak. Anak menjadi kurang kreatif
karena terbiasa dengan program yang sudah siap pakai
3.
Permainan fantasi merupakan permainan imajinasi yang diciptakan
sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita mungkin sering melihat dan mendengar
anak kecil berbicara sendiri ketika bermain boneka. Sebenarnya ia memiliki
fantasi dan imajinasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui boneka
tersebut. Permainan seperti ini baik untuk kecerdasan otak kanan karena dengan
sendirinya anak belajar berperan dengan berbagai karakter yang diciptakannya,
merasakan sisi emosional tokoh-tokoh yang ada dalam imajinasinya, serta lambat
laun akan memahami nilai baik dan buruk sebuah sikap dan sifat. Namun,
sebaiknya anak diberikan ruang dan waktu untuk bermain secara berimbang antara
permainan aktif, pasif dan fantasi agar kecerdasan otaknya juga seimbang.
Bermain
merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi
bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya. Aktivitas
bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi
sarana dan proses belajar yang efektif untuk anak, proses belajar yang tidak
sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain
sebagai sebuah praktek dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak. Dengan
bermain, anak bisa merasa bahagia. Rasa bahagia inilah yang menstimulasi
saraf-saraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori
baru. Memori yang indah akan membuat jiwanya sehat, begitupun sebaliknya.
Karena itu, banyak manfaat dari bermain untuk mengoptimalkan perkembangan anak,
di antaranya :
1.
Learning by planning
Bermain bagi anak dapat
menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat atau duduk, serta motorik
halus seperti menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain.
Keseimbangan motorik kasar dan halus akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan psikologis anak. Secara tidak langsung, permainan merupakan
perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai kematangan dan keseimbangan di
masa perkembangannya.
2.
Mengembangkan otak kanan
Dalam beberapa kondisi
belajar formal, seringkali kinerja otak kanan tidak optimal. Melalui permainan,
fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena bermain dengan teman sebaya
seringkali menimbulkan keceriaan bahkan pertengkaran. Hal ini sangat berguna
untuk menguji kemampuan diri anak dalam menghadapi teman sebaya, serta
mengembangkan perasaan realistis anak akan dirinya. Artinya, ia dapat merasakan
hal-hal yang dirasa nyaman dan tidak nyaman pada dirinya dan terhadap
lingkungannya, serta dapat mengembangkan penilaian secara objektif dan
subjektif atas dirinya.
3.
Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Bermain dapat menjadi
sarana anak untuk belajar menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Dalam
permainan anak berhadapan dengan berbagai karakter yang berbeda, sifat dan cara
berbicara yang berbeda pula, sehingga ia dapat mulai mengenal heterogenitas dan
mulai memahaminya sebagai unsur penting dalam permainan. Anak juga dapat
mempelajari arti penting nilai keberhasilan pribadi dalam kelompok serta
belajar menghadapi ketakutan, penolakan, juga nilai baik dan buruk yang akan
memperkaya pengalaman emosinya. Dengan kata lain, bermain membuat dunianya
lebih berwarna, perasaan kesal, marah, kecewa, sedih, senang, bahagia akan
secara lengkap ia rasakan dalam permainan. Hal ini akan menjadi pengalaman
emosional sekaligus belajar mencari solusi untuk menanggulangi
perasaan-perasaan tersebut di kemudian hari.
4.
Belajar memahami nilai memberi dan menerima
Bermain bersama teman sebanya bisa membuat
anak belajar memberi dan berbagi dalam kehidupannya sejak dini. Melalui
permainan, nilai-nilai sedekah dalam bentuk sederhana bisa diterapkan. Misalnya
berbagi makanan atau minuman ketika bermain, saling meminjam mainan atau
menolong teman yang kesulitan. Anak juga akan belajar menghargai pemberian
orang lain sekali pun ia tidak menyukainya, menerima kebaikan dan perhatian
teman-temannya. Proses belajar seperti ini tidak akan diperolah anak dengan
bermain mekanis/pasif, karena lawan atau teman bermainnya adalah benda mati.
5.
Sebagai ajang untuk berlatih merealisasikan rasa dan sikap percaya
diri (self confidence), mempercayai orang lain (trust to
people), kemampuan bernegosiasi (negotiation ability) dan
memecahkan masalah (problem solving)
Ragam permainan dapat
mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegosiasi, serta memupuk
kepercayaan diri anak untuk diakui di lingkungan sosialnya. Anak juga akan
belajar menghargai dan mempercayai orang lain, sehingga timbul rasa aman dan
nyaman ketika bermain. Rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap orang lain
dapat menimbulkan efek positif pada diri anak, ia akan lebih mudah belajar
memecahkan masalah karena merasa mendapat dukungan sekalipun dalam kondisi
tertentu ia berhadapan dengan masalah dalam lingkungan bermainnya. Reamonn O Donnchadha dalam
buku The Confident Child menyatakan
bahwa “Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi
kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah.” Kepercayaan merupakan
modal dalam membina sebuah hubungan, termasuk hubungan pertemanan anak kecil.
Kepercayaan juga dapat menjadi motivasi untuk memecahkan suatu masalah karena
tanpa itu masalah tidak akan pernah benar-benar selesai dan sebuah hubungan
menjadi tidak harmonis.
Semua
orang tua pasti menyayangi anak-anaknya dan bersedia melakukan yang terbaik
untuk anak-anaknya. Namun, bentuk kasih sayang yang kurang bijaksana seringkali
membelenggu kebebasan jiwa anak. Anak adalah jiwa yang bernyawa, hati yang
berperasaan dan jasad yang berpemikiran. Biarkan anak bahagia dengan dunianya,
karena kebahagiaan di masa kecil turut menentukan kualitas hidupnya di masa
depan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Perkembangan anak adalah bertambahnya
kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan tersebut menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa serta
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti dengan pertumbuhan sehingga
lebih optimal dan tergantung pada potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi
tersebut merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu
faktor genetik, lingkungan sosial dan perilaku.
Perkembangan tersebut tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psikis
yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi
jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki oleh individu.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan
fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan
menjangkau ke keadaan-keadaan yang akan datang. Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak khayal adalah hal yang
serba indah, serba cakap, dan serba kuat (ideal). Hanya satu yang menjadi
ganjalan yaitu semua itu tidak realistis
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Bermain merupakan
kebahagiaan bagi anak-anak karena dengan bermain mereka bisa mengekspresikan
berbagai perasaanya serta belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi
sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa
perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi
sarana dan proses belajar yang efektif untuk anak, proses belajar yang tidak
sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain
sebagai sebuah praktek dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak.
3.2
Saran
Ada beberapa hal yang dapat saya
sarankan. Pertama anak dalam setiap perkembangan dan pertumbuhannya membutuhkan
bimbingan, apabila anak dalam pertumbuhannya tidak dibimbing maka anak itu
tidak akan terkontrol dengan baik pada tahap perkembangan fantasinya.
Sebagai seorang calon guru kita semua
patut mengetahui ciri-ciri dan perkembangan anak sehingga kita dapat memantau
setiap pertumbuhan dan perkembangan fantasinya agar tidak terjadi kesalahan
pada saat anak sudah mulai untuk mengeksplor bakat fantasi yang dimilikinya.
DAFTAR REFERENSI
Siti Rahayu Haditono. Monks,
FJ. Knoers, AMP, Psikologi Perkembangan, pengantar dalam berbagai bagiannya,
Gajah mada University Press, Yogyakarta, 2007
Elizabeth B Hurlock,
Perkembangan Anak jilid II, Erlangga, Jakarta, Tanpa tahun
Paul Herry Mussen. John Janeway Chonger. Jerome Kagan. Aletha Carol Huston, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga, Tanpa tahun
Paul Herry Mussen. John Janeway Chonger. Jerome Kagan. Aletha Carol Huston, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga, Tanpa tahun
Suharnan, Prof. Dr. MS,
Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya, 2008
http://health.groups.yahoo.com/group/AyoMain/files/
http://psikologi45.blogspot.com/2010/06/perkembangan-pengertian-dan-fantasi.html
http://psikologi45.blogspot.com/2010/06/perkembangan-pengertian-dan-fantasi.html
0 comments:
Post a Comment