Thursday 10 April 2014

Menurut (Brunner dan Suddarth, 2001) ginjal juga berfungsi sebagai :

a) Pengaturan Ekskresi Asam

Katabolisme atau pemecahan protein meliputi produksi senyawa-senyawa yang bersifat asam, khususnya asam fosfat dan sulfat. Seseorang dengan fungsi ginjal yang normal akan mengekskresikan kurang lebih 70 mEq asam setiap harinya. Ginjal dapat mengekskresikan sebagian asam ini secara langsung keluar bersama urin hingga mencapai kadar yang akan menurunkan nilai pH urin sampai 4,5 yaitu 1000 kali lebih asam dari pada darah.

b) Pengaturan Ekskresi Elektrolit

Lebih dari 99% air dan natrium yang disaring pada glomerolus direabsorpsi ke dalam darah pada saat urin meninggalkan tubuh. Dengan mangatur jumlah natrium yang direabsorpsi, ginjal dapat mengatur volume cairan tubuh. Jika natrium diekskresikan dalam jumlah yang melebihi jumlah natrium yang dikonsumsi, maka pasien akan mengalami dehidrasi. Dan jika kalium diekskresikan dalam jumlah yang kurang dari jumlah kalium yang dikonsumsi, pasien akan menahan cairan. Pengaturan natrium yang diekskresikan tergantung pada aldosteron, yaitu hormon yang disintesis dan dilepas dari korteks adrenal. Dengan terjadinya peningkatan kadar aldosteron dalam darah, jumlah natrium yang diekskresikan ke dalam urine menjadi lebih sedikit mengingat aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam ginjal.Elektrolit lain yang konsentrasinya dalam cairan tubuh diatur oleh ginjal adalah kalium, yaitu ion dengan jumlah yang besar didalam sel. Ekskresi kalium oleh ginjal akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar aldosteron, sehingga berbeda dengan efek aldosteron pada ekskresi natrium. Retensi kalium merupakan akibat yang paling fatal dari gagal ginjal.

c) Pengaturan Ekskresi Air


Pengaturan jumlah air yang diekskresikan juga merupakan fungsi ginjal yang penting. Derajat relatif pengenceran atau pemekatan urin dapat diukur dalam pengertian osmolalitas. Apabila individu mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan, maka dalam urin akan terdapat lebih sedikit air dan secara proporsional akan terdapat lebih banyak partikel (yang mennjukkan osmolalitas yang tinggi) yang membuat urin menjadi lebih pekat. Kalau seseorang mengekskresikan air dengan jumlah yang besar ke dalam urin, maka partikel-partikel tersebut akan diencerkan (yang menunjukkan osmolalitas yang rendah) dan urin akan tampak encer. Jumlah air yang direabsorpsi berada dibawah kendali hormon anti diuretik (ADH atau vasopresin). Dengan menurunnya asupan air, osmolalitas darah cenderung meningkat dan menstimulasi pelepasan ADH. Kemudian ADH bekerja pada ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi air dan dengan demikian akan mengembalikan osmolalitas darah pada keadaan normalnya. Kehilangan kemampuan untuk memekatkan dan mengencerkan urin merupakan manifestasi penyakit ginjal yang dini. Pada keadaan ini akan di ekskresikan urin yang encer dengan berat jenis yang tetap (kurang lebih 1,010) atau osmolalitass yang tetap (kurang lebih 300 mOsm/L).

d) Otoregulasi Tekanan Darah

Pengaturan atau regulasi tekanan darah juga merupakan salah satu fungsi renal. Suatu hormon yang dinamakan renin diekskresikan oleh sel-sel juktaglomeruler ketika tekanan darah menurun. Suatu enzim yang mengubah renin menjadi angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angistensin II, yaitu senyawa vasokonstriktor paling kuat. Vasokontriksi menyebabkan peningkatan tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh korteks adrenal sebagai reaksi terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan ACTH sebagai reaksi terhadap perfusi yang jelek atau peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya adalah peningkatan tekanan darah.

0 comments:

Post a Comment