KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur senantiasa
penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, karena dengan karunianya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan kepada pembaca tentang “Budaya Mencontek di Kalangan
Pelajar”.
Makalah ini berisi beberapa informasi tentang “Budaya
Mencontek di Kalangan Pelajar”. yang kami harapkan dapat memberikan informasi
kepada para pembaca tentang “Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan dan penulisan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca dan bermanfaat bagi kita semua
Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, 02 Desember
2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………….. i
Daftar Isi .……………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang …………………………………………2
1.2
Tujuan
Penulisan …………………………….................3
BAB II Pembahasan
2.1
Gambaran
Pendidikan di Indonesia ..………………….
4
2.2
Definisi
Mencontek .………………………………...… 5
2.3
Kategori
Mencontek …………………………………...6
2.4
Tinjauan Psikologi Tentang Kebiasaan
Mencontek ....... 6
2.5
Faktor Yang Menyebabkan Seseorang
Mencontek …… 7
2.6
Dampak Dari Kebiasaan Mencontek ………....……….. 8
2.7
Cara
Mengatasi Kebiasaan Mencontek …...…………… 8
BAB III Penutup
3.1
Kesimpulan ………………………………..........……..9
3.2
Saran ……………………………………….........……. 9
BAB IV Daftar Pustaka………………………..........………................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia yang terbilang masih labil ini
terus berupaya mencari jati diri dan mencari pola tentang sistem penilaian dan
standarisasi mutu pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah melalui
Kemendiknas dalam rangka mendidik anak bangsa dari ketertinggalan dan
kebodohan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan
memberlakukan kurikulum yang berubah dari satu periode ke periode yang lainnya.
Telah kita ketahui bersama
bahwa budaya mencontek di kalangan pelajar sudah hal yang wajar bahkan
seolah-olah sudah menjadi tradisi. Bahkan ketika Ujian Nasional pun tradisi
contek-mencontek tidak penah ditinggalkan. Dengan alasan standar kelulusan
semakin tinggi sehingga perbuatan contek-mencontek di halalkan. Mencontek
sering kali diartikan sebagai bentuk solidaritas. Tapi solidaritas ini sering
disalahartikan yaitu bagaimana kita membantu teman, baik dalam hal positif
maupun negatif. Jika solidaritas diartikan sebagai solidaritas yang positif
maka akan berdampak poositif juga, yaitu semakin eratnya rasa persatuan. Tapi
jika solidaritas disalah artikan dengan memberikan contekan kepada teman tentu
saja ini akan menyimpang arti dari solidaritas yang sebenarnya. Biasanya mereka
beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan di anggap pelit dan tidak
mempunyai teman. Hal ini yang membuat kita serba salah sehingga kita tetap
mencontek meskipun kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang salah.
Sadar atau tidak menyontek dapat mendatangkan bahaya baik
jangka pendek maupun jangka panjang, baik bagi penyontek maupun yang
dicontek Bila seorang siswa terbiasa
mencontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk dirinya. Beberapa karakter
yang dapat dihasilkan dari kegiatan mencontek antara lain mengambil milik orang
lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras.
Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil
perilaku mencontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan
tinggi.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Dengan ditulisnya makalah ini
diharapkan kita akan lebih paham akan makna pendidikan yang sebenarnya sehingga
kita tidak akan mernyalahgunakan dari pendidikan itu sendiri. Dengan ditulisnya
makalah ini kita akan mengetahui apa saja bahaya yang ditimbulkan dari
kebiasaan mencontek itu. Sehingga kita akan menghindari bahkan meninggalkan
kebiasaan buruk ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Pendidikan di Indonesia
Sistem pendidikan yang ada di
negara-negara berkembang pada umumnya memang merupakan gambaran dari kondisi
sosial ekonomi serta politik bangsanya. Persoalan dunia pendidikan pada
negara-negara dunia ketiga, sepertinya statis dari waktu ke waktu. Demikian
halnya yang terjadi di Indonesia persoalan pendidikan belum beranjak menuju
perubahan yang cukup signifikan. Orientasi pendidikan tetap menjadi perdebatan
klasik dan selalu dipertanyakan bahwa pendidikan di Indonesia sedang mengalami
involusi.
Di Indonesia yang bergulat dalam bidang
pendidikan bukan makin cerdas, berwawasan luas, berdedikasi, kreatif, jujur dan
adil atau kerja tinggi. Pendidikan di Indonesia dalam waktu yang lama mengalami
kemunduran. Banyak faktor yang berkait dan saling berimplikasi antara yang satu
dengan lainnya seperti mahalnya biaya pendidikan, disiplin kerja, kakunya
aparatur penyelenggara pendidikan, serta akar budaya bangsa. Pemerintah melalui
Program Pembangunan Nasional diupayakan akan segera terwujud peningkatan
kuantitas maupun kualitas pendidikan. Bila keadaan ini terus dibiarkan, sangat
dimungkinkan berdampak akan menutup akses bagi golongan ekonomi lemah untuk
dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Perkembangan dunia pendidikan
di Indonesia juga tidak dapat terlepas dari pengaruh perkembangan global, di
mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Era pasar bebas
merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia karena tidak menutup
kemungkinan membuat adanya peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari
mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global, setidaknya
kebijakan pendidikan nasional harus mengedepankan dalam meningkatkan mutu
pendidikan, baik secara akademik maupun non-akademik.
Salah satu usaha pemerintah
dalam rangka meningkatkan mutu pendidkan dan kualitas lulusan sekolah ialah
dengan cara meningkatkan standar kelulusan baik nilai rata-rata maupun nilai ketuntasan
minimal. Tapi hal ini menjadi sebuah beban bagi sebagian siswa. Bahkan mereka
cenderung melakukan berbagai cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk
melakukan berbagai kecurangan seperti mencontek. Bukan hanya dari pihak murid
sendiri yang melakukan aksi ini, bahkan baik dari pihak orangtua maupun guru
ikut terlibat dalam aksi kecurangan ini. Dengan alasan tidak ingin kena malu
mereka juga melakukan berbagai cara untuk membantu para murid atau anaknya padahal mereka tahu apa yang mereka lakukan ini
adalah perbuatan yang salah. Bahkan ketika Ujian Nasional berlangsung tidak
jarang ada orang tua yang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membayar
sejumlah oknum untuk memberikan jawaban Ujian Nasional agar anak mereka dapat
lulus dengan nilai yang baik.
2.2 Definisi Mencontek
Mencontek
memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan
kehidupan sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Biasanya usaha mencontek
dimulai pada waktu ulangan dan ujian akan berakhir, tapi tidak jarang usaha
tersebut telah dimulai sejak ujian dimulai. Walaupun kata mencontek telah
dikenal sejak lama namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut
tidak dapat ditemukan secara langsung. Kata mencontek baru ditemukan pada kata
jiplak menjiplak yaitu mencontoh atau meniru
tulisan pekerjaan orang lain. Dalam kamus modern bahasa Indonesia
istilah mencontek memiliki pengertian yang hampir sama yaitu meniru hasil
pekerjaan orang lain.
Ada berbagai macam definisi
tentang mencontek,yaitu:
1. Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S.
Purwadarminta adalah mencontoh, meniru, atau
mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
2. Dalam artikel yang ditulis oleh Alhadza
(2004) kata mencontek sama dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower
(1964) yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan
akademis atau menghindari kegagalan akademis. Sedang menurut Deighton (1971),
cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan
dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur).
Dari berbagai definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang
tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang
terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran.
2.3
Kategori Mencontek
Pada dasarnya mencontek dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu mencontek
dengan usaha sendiri dengan membuka buku catatan atau membuat berbagai catatan
kecil yang ditulis di tangan atau di tempat lain yang dianggap aman. Bagian
yang kedua yaitu dengan meminta bantuan teman. Misalnya dengan meniru jawaban
dari teman atau dengan berkompromi menggunakan berbagai macam kode tertentu.
2.4
Tinjauan Psikologi Tentang mencontek
Orang menyontek disebabkan oleh
faktor dari dalam dan di luar dirinya. Dalam ilmu psikologi, ada yang disebut
konsep diri dan harga diri. Konsep diri merupakan gambaran apa yang orang-orang
bayangkan dan rasakan tentang dirinya sendiri. Misalnya anggapan bahwa,
"saya adalah orang pintar". Anggapan itu akan memunculkan kompenen
afektif yang disebut harga diri. Namun, anggapan seperti itu bisa runtuh,
terutama saat berhadapan dengan lingkungan di luar pribadinya.
Fungsi
psikologis merupakan hubungan timbal balik yang interpenden dan berlangsung
secara terus menerus antara faktor individu, tingkah laku, dan lingkungan.
Dalam hal ini, faktor penentu tingkah laku internal keyakinan dan harapan,
serta faktor penentu eksternal hadiah dan hukuman merupakan bagian dari sistem
pengaruh yang saling berinteraksi. Proses interaksi yang terjadi dalam individu
terdiri dari empat proses, yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan
motivasi.
Pada
saat dorongan tingkah laku mencontek terjadilah proses atensi, yaitu muncul
ketertarikan terhadap dorongan karena adanya harapan mengenai hasil yang akan
dicapai jika ia mencontek. Pada proses retensi, faktor-faktor yang memberikan
atensi terhadap stimulus perilaku mencontek itu menjadi sebuah informasi baru
atau digunakan untuk mengingat kembali pengetahuan maupun pengalaman mengenai
perilaku mencontek baik secara maya maupun nyata.
Mencontek atau cheating bisa terjadi
apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure atau apabila dorongan atau
harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki.
Semakin besar harapan atau semakin tinggi prestasi yang diinginkan dan semakin
kecil potensi yang dimiliki maka semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk
melakukan tindakan mencontek. Dalam hal seperti itu maka, perilaku mencontek
tinggal menunggu kesempatan atau peluang saja. Seperti kita lihat iklan di
televisi mengatakan tentang teori kriminal bahwa kejahatan akan terjadi apabila
bertemu antara niat dan kesempatan.
Pertimbangan-pertimbangan
yang sering digunakan adalah nilai-nilai agama yang akan memunculkan perasaan
bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri terhadap prestasi akademik yang
dimiliki, dan juga karena sistem pengawasan ujian, kondusif atau tidak untuk
mencontek. Masalah kepuasan prestasi akademik juga akan menjadi sebuah
konsekuensi yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk mencontek.
Bila ia mencontek, maka ia menjadi tidak puas dengan hasil yang diperolehnya.
Menurut Yesmil Anwar (dalam Rakasiwi, 2007) mengatakan, sebenarnya nilai hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan dari ketidaktahuan. Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa menyontek telanjur dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor. Sekali saja jarum itu rusak bahkan mesin motor pun mati.
Menurut Yesmil Anwar (dalam Rakasiwi, 2007) mengatakan, sebenarnya nilai hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan dari ketidaktahuan. Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa menyontek telanjur dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor. Sekali saja jarum itu rusak bahkan mesin motor pun mati.
2.5
Faktor-faktor yang Menyebabkan Siswa
Mencontek Ketika Ujian
- Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam test formatif atau sumatif.
- Pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa.
- Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
- Anak remaja lebih sering menyontek dari pada anak SD, karena masa remaja bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman- teman sekelasnya.
- Kurang mengerti arti dari pendidikan.
- Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
- Takut gagal karena yang bersangkutan merasa belum siap menghadapi ujian dan dia tidak ingin mengulang.
- Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri.
2.6
Dampak dari Perbuatan Mencontek
Dampak yang timbul dari praktek mencontek yang secara terus menerus dilakukan
akan mengakibatkan ketidakjujuran Jika tidak, niscaya akan muncul malapetaka
yaitu peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada
saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor.
Selain itu kebiasaan mencontek juga akan mengakibatkan seseorang itu tidak mau
berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain. Sehingga siswa tersebut
tidak mau mempergunakan otaknya sendiri dan tentu saja akan muncul
generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur. Bahkan yang lebih parah lagi
pendidikan tidak akan maju.
2.7
Cara
Mengatasi Kebisaan Mencontek
Kita sebagai calon pendidik tentunya memiliki tugas yang berat dalam upaya
mengatasi kebiasaan mencontek di kalangan pelajar. Salah satu upaya yang bisa
kita lakukan sebagai calon guru ialah memberikan motivasi pada siswa yang
mencontek pada saat ulangan agar siswa dapat bersikap jujur dalam menghadapi
ulangan dan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mencontek bukanlah salah satu
bentuk solidaritas tapi justru mencontek itu adalah bentuk dari kecurangan.
Mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan
menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau
ujian pada setiap mata pelajaran. Banyak hal yang menyebakan siswa itu berani
mencontek, baik itu dari dorongan diri sendiri maupun orang lain.
Mencontek memberikan dampak yang buruk bagi siswa, karena dengan mencontek
siswa cenderung tidak percaya diri dan hanya mengandalkan orang lain. Selain
itu kebiasaan mencontek juga menjadikan seorang siswa itu menjadi pribadi yang
tidak jujur. Salah satu cara yang efektif untuk mencegah tindakan mencotek
ialah dengan cara memberikan tes lisan.
3.2 Kritik dan Saran
Tidak munafik jika
kebiasaan mencontek sulit untuk dihilangkan. Bahkan penulis sendiri sangat sulit untuk
meninggalkan kebiasaan mencontek ini. Namun kita tidak boleh hanya menyerah
dengan kebiasaan buruk ini, tapi kita harus tetap berusaha menjadi manusia yang
lebih baik. Jika kita memang benar-benar sulit menghilangkan kebiasaan ini,
tapi paling tidak kita dapat meminimalisir kebiasaan mencontek ini. Bukan hal
yang mustahil kebiasaan ini untuk dihilangkan, jika tekad dan niat kita
sungguh-sungguh maka tidak mungkin jika tidak dapat meninggalkan kebiasaan ini.
Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai seorang pendidik untuk menghilangkan
kebiasaan mencontek ini. Misalnya saja dengan memberikan motivasi pada para
peserta didik kita, sehingga mereka dapat menjadi anak yang jujur dan percaya
diri sehingga mereka dapat yakin dengan mereka sendiri. Memberikan tes lisan
juga merupakan cara yang efektif, karena dengan lisan ini akan meminimalisir
berbagai tindakan kecurangan. Adanya kesepakatan dan kerjasama dari berbagai
pihak juga sangat penting, karena jika hanya satu pihak saja yang mendukung
tapi pihak lain bertentangan maka tidak akan muncul kesepakatan. Dan tentunya juga harus didukung dengan
kejujuran dari semua pihak
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Megawangi, Ratna. 2005. Indonesia Merdeka Manusia Indonesia Merdeka?. http://www.suarapembaruan.com
Poedjinoegroho, Baskoro. 2006. Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor. http://ilman05.blogspot.com
Suparno, Paul. 2000. Sekolah Memasung Kebebasan Berfikir Siswa. https://www.kompas.com/kompas
Vegawati, Dian. 2004. Perilaku Mencontek di Kalangan Mahasiswa. http://www.pikiran-rakyat.com.
(h)
ReplyDeleteterus maju saudara,..
ReplyDeleteMakalah Budaya Mencontek Di Kalangan Pelajar - Wayanbio >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Makalah Budaya Mencontek Di Kalangan Pelajar - Wayanbio >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Makalah Budaya Mencontek Di Kalangan Pelajar - Wayanbio >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK