PERKEMBANGAN
DAN FUNGSI EMOSI (AFEKTIF) PADA ANAK-ANAK
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan laporan kelompok ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penulisan tugas ini
banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadap ,namun berkat dukungan
dan bimbingan berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan dengan baik dan
tepat pada waktu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat untuk membantu dalam menyelesaikan tugas ini , penulis
sangat mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
menyadari bahwa tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh
karena itu penulis memohon maaf jika terdapat
banyak kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai berbagai pihak demi kesempurnaan tugas ini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………11
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………111
LatarBelakang………………………………………………………………………………1V
Rumusan Masalah……………………………………………………………………….......V
RINGKASAN…………………………………………………………………………………V1
KESIMPULAN……………………………………………………………………………V111
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………1X
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya selalu mengalami
perkembangan baik secara psikis maupun fisik. Perkembangan dalam arti yang sesungguhnya adalah perkembangan
secara psikis. Sedangkan perkembangan secara fisik sering disebut dengan
pertumbuhan.
Ada beberapa tahapan perkembangan
manusia yang terjadi di dalam hidupnya. Diantaranya adalah perkembangan pada
masa anak. Masa anak adalah masa di mana manusia sedang menggali potensi yang
ada pada dirinya untuk mencapai kematangan pada saat dewasa nanti. Perkembangan
kognitif (intelektual) dan perkembangan afektif (emosional) pada anak dan
remaja dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik itu faktor personal maupun faktor sosio kultural.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang tahap-tahap
perkembangan emosi pada anak serta ciri-cirinya. Pada masa anak inilah manusia
mengalami masa sekolah. Dalam dunia pendidikan perkembangan emoasi anak harus
selalu diperhatikan oleh setiap guru sehingga diharapkan guru bisa menilai
sejauh mana kematangan dari setiap siswa didiknya.
B.
Rumusan Msalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. apa upaya yang dilakukan para orang tua agar dalam proses perkembangan anak pada masa sekolah bisa melewati step by step tahapannya ?
2. Bagaimana caranya
agar dalam proses perkembangan anak pada masa sekolahnya harus diperhatikan
oleh guru ?
Perkembangan Dan Fungsi Emosi (Afeksi/ Afektif) pada anak-anak
Ada
enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak. Pengalaman
emosional yang sesuai pada tiap tahap
merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa,
keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling
berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan
selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami
gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis
pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan
bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih
perlahan. Kapan / pada usia berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting
bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
Berdasarkan
observasi cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf perkembangan emosi
yang mana seorang anak berada. Kemampuan mana yang sudah dikuasainya dengan
baik, mana yang membutuhkan penguatan dan mana yang sama sekali belum berkembang.
Pengamatan dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan aktifitas
sehari-hari. Pengamatan dimasukkan dalam daftar ‘rating scale disertai umur
pencapaiannya (untuk skor A). N-never (kemampuan tersebut tidak pernah tampak),
S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-always (kemampuan
tersebut selalu tampak) dan L-loses (kemampuan tersebut hilang saat stress:
lapar, marah, lelah,dll). Enam tahapan perkembangan emosi anak adalah :
A.
REGULASI DIRI
DAN MINAT TERHADAP LINGKUNGAN
Kemampuan
anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak
masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari
rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang
membuatnya tidak nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan
secara lebih bermakna. Kemampuan yang dimiliki:
1. Menunjukkan minat terhadap berbagai
rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik
2. Bisa tenang dan
terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit
3. Pulih dari
kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
4. Menunjukkan minat terhadap pengasuh,
tidak hanya terhadap benda
B.
KEAKRABAN-KEINTIMAN
Kemampuan
anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan
penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya. Kemampuan yang
dimiliki:
1.
Menunjukkan
respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit, vokalisasi, meraih
dan tingkah laku bertujuan yang lain)
2.
Menunjukkan
respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
3.
Menunjukkan
respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan minat asertif
(misalnya dengan mengamati wajah)
4.
Bisa
mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya (misalnya
dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat)
5.
Menunjukkan
rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya 30 detik saat
bermain
6.
Memprotes
dan mulai marah saat frustrasi
7.
Pulih dari kondisi tidak menyenangkan
dalam 15 menit dengan bantuan
C.
KOMUNIKASI DUA
ARAH
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah,
menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal,
yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal
konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa
tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/
menentukan pilihan dan berinisiatif
Kemampuan yang dimiliki:
- Menunjukkan respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan (misalnya meraih ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau berceloteh bila diajak bicara)
- Memulai interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda, mengulurkan tangan ingin digendong)
- Menunjukkan emosi akrab/kedekatan
(balas memeluk, meraih ingin digendong bila tangan terentang), kegembiraan
dan kegairahan (tersenyum senang saat mengambil mainan dari mulut anda dan
memasukkannya ke mulutnya sendiri), rasa ingin tahu yang asertif
(menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan marah (mendorong
makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan yang diinginkan tidak diberikan) , takut (membalik/menjauh, tampak ketakutan, menangis bila orang tak dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba) - Pulih dari rasa tidak senang dalam 10 menit dengan terlibat dalam interaksi social
D.
KOMUNIKASI
KOMPLEKS
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks
(sekitar 10 siklus), mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna,
kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya
mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan
menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola
karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah
lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai
berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan
memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.
Kemampuan yang dimiliki:
- Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya memegang tangan anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon terhadap pertanyaan anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan mengambil apa yang diinginkannya)
- Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi ayah dan berjalan berkeliling menunggu pujian)
- Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran) dan komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara dirinya dan pengasuh)
- Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:
Keakraban/kedekatan
(menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat mendekat ingin
dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima
telpon sungguhan).
Kegembiraan
dan kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang seseorang
berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak
lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama).
Rasa
ingin tahu yang asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan
komunikasi jarak jauh untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia bermain
atau bereksplorasi sendirian),takut (menyatakan minta dilindungi dengan berkata
‘nggak’ sambil lari ke belakang anda),marah (memukul, berteriak, membanting
atau tiduran di lantai, atau memandang dengan tatapan marah dan
dingin),pembatasan (mengerti dan berespon positif terhadap ‘tidak, berhenti!’ atau
peringatan dengan jari atau ekspresi marah
- Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku (membantingbanting kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak)
E.
IDE EMOSIONAL
Kemampuan
anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan
emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura
yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan
harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda
sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda
konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas. dan emosi dan
ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.
Kemampuan yang dimiliki:
- Bermain pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait (mobil tabrakan, memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura minum teh)
- Menggunakan kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2 ide sekaligus, tidlak harus berhubungan (’nggak bobok, main’)
- Mengkomunikasikan keinginan, intensi dan perasaannya dengan katakata, beberapa gestures sekaligus, sentuhan (pelukan)
- Bermain permainan motorik dengan aturan yang sederhana (bergiliran melempar bola)
- Menggunakan bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi yang tidak boleh dimakannya).berikut dalam sedikitnya 2 ide: keakraban/kedekatan (boneka berkata,”peluk aku”, dijawabnya “aku cium kamu”), kegembiraan dan kegairahan (mengucapkan kata-kata lucu dan tertawa),rasa ingin tahu yang asertif (pura-pura menerbangkan pesawat berkeliling ruangan dan mengatakan akan terbang ke bulan), takut (boneka takut suara bising dan memanggil ibunya).
1.
Pulih dari rasa tidak senang dengan
main pura-pura (pura-pura makan kue
2.
pembatasan (boneka mengikuti aturan
minum teh)
F.
BERPIKIR
EMOSIONAL
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai
ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu
mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba’
dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan
masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai
kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari
strategi berpikir.
Kemampuan yang dimiliki:
- Bermain pura-pura dengan
mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan, dengan cara terbang cepat sekali) - Mengembangkan ide bermain pura-pura orang dewasa (misalnya anak memasak sup, ditanya apa yang dimasak, dijawabnya “batu-batu dan ranting-ranting”)
- Berbicara dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik (”nggak mau tidur, mau nonton tv”)
- Menutup sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal (”mau pergi ke luar” ditanya kenapa, dijawabnya “mau main”)
- Berkomunikasi secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi, keinginan, kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures (pura-pura jadi anjing yang marah) dan sentuhan (sering memeluk sebagai bagian dari drama ketika anak menjadi ayah)
- Bermain motorik dan spasial dengan aturan (bergantian meluncur)
- Menggunakan permainan pura-pura
atau kata-kata untuk mengkomunikasikan sedikitnya 2 ide yang terkait
secara logis mengenai emosi : kedekatan (boneka terluka, ibu mengobati),
kegembiraan dan kegairahan (mengatakan istilah ‘kamar mandi’ lalu
tertawa), rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari
putri yang hilang), takut (monster menakut-nakuti anak kecil), marah (tentara yang baik melawan yang jahat), pembatasan (tentara hanya boleh memukul orang jahat karena peraturan)
PEDOMAN UMUM UNTUK MERANGSANG PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
- Tenangkan anak, terutama saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut tetapi erat, intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat. Jangan tegang atau kuatir karena hal tersebut akan dirasakan oiehnya dan semakin membuatnya tidak tenang.
- Cari cara interaksi yang bisa memancing keterlibatan; ekspresi wajah, bunyi, sentuhan, dll. Perhatikan profil sensoriknya.
- Cari berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang paling disukainya.
- ‘Bacalah’ dan berespon terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan namun ada juga saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri. Ikuti apa yang diinginkannya, jangan memaksakan ‘agenda’ kita.
- Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan gairah dalam berinteraksi
- Doronglah anak untuk melangkah
ke tahap perkembangan berikutnya;
mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapinya menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)t - Jangan terlalu/kurang menstimulasi dan memancing interaksi
- Jangan terlalu mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan anak
- Jangan terlalu konkrit dalam bermain padahal ia sudah beralih ke tahap yang lebih abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya.
- Jangan menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga
11.
Jangan mundur bila anak bereaksi emosi
keras, tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi tenangkan dia
KESIMPULAN
Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa
pada proses perkembangan dan fungsi
emosi (avektif ) pada anak-anak
,selalu mengalami perkembangan baik secara fisik maupun psikis yaitu
pertumbuhan .pada proses perkembangan
anak –anak ada tahapan –tahapan perkembangan pada anak-anak mencapai
kematangan fungsi emosi (afektiv) saat dewasa nanti.pada proses perkembangan anak-anak,pada
tahapan-tahapan peran orang tua,lingkungan sekitar,dan peran guru pada proses
perkembangan.sangatlah penting untuk mencapai kematangan fungsi emosi (afektif) menuju kedewasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment