PERKEMBANGAN
SIKAP ANAK DAN PENGUKURANNYA
KATA
PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nyala penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Perkembangan
Sikap Anak dan Pengukurannya.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran
konstukif dari pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tulisan ini. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Denpasar, 30 Mei 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan yang terjadi pada anak
meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun
non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagian akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada
seseorang ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda pendapat
tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
Perkembangan pada awal masa
kanak-kanaknya, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi diriya dengan ibu atau
ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa selanjutnya sesuai
dengan perkembangan pergaulan dan pandangannya. Anak-anak mulai
mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan
masyarakat atau orang-orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan
sebagainya.
Rumusan Masalah
1. Apa fator-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ?
2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sikap
anak ?
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
perkembangan sikap anak dan pengukurannya.
PENJELASAN
KONSEP
Perkembangan
Sikap Anak Dan Pengukurannya
Pada awal masa kanak-kanaknya,
biasanya anak-anak akan mengidentifikasi diriya dengan ibu atau ayahnya atau
orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa selanjutnya sesuai dengan
perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya
dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang-orang
yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Hal tersebut berpengaruh
pada perkembangan moral anak. Berikut beberapa proses pembentukan perilaku
moral dan sikap anak, antara lain :
1.
Imitasi (Imitation)
Dalam
tulisan ini imitasi berarti perniruan sikap, cara pandang serta tingkah laku
orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh anak.
Pada
umumnya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun,
yaitu meniru perilaku orang lain yang ada disekitarnya. Seringkali anak tidak
hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh, rasa senang atau tidak senang,
sikap orang tua terhadap agama dll. Tetapi ekspresi orang lain terhadap
sesuatu, antara lain menirukan orang marah, menangis bergembira dan sebagainya.
Pada umumnya anak suka menirukan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang
tuanya, jadi bukan yang diucapkan atau dikatakan oleh orang tuanya terhadap
orang lain, kakak dan sebagainnya. Misalnya apabila dia melihat ayahnya sedang
marah terhadap kakaknya, anak akan menirukan perbuatan ayah membanting pintu,
namum bukan kata-kata yang diucapkan oleh ayahnya.
2.
Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses
yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling
mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. Suatu nilai, norma
atau sikap semacam itu selalu dianggap benar. Begitu nilai, norma atau sikap
tersebut terinternalisasi pada diri anak sukar dirubah dan menetap dalam waktu
yang cukup lama. Misalnya seorang anak menilai bahwa memakai kerudung itu
baik dan benar, maka anak akan melakukan terus sekalipun kadang-kadang mendapat
cemoohan dari orang atau anak lain. Sebaliknya penanaman nilai semacam
ini dimulai sejak dini, sehingga sejak kecil telah terbiasa membedakan
sesuatu yang baik dengan yang kurang baik.
Dalam
Internalisasi tersebut faktor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan
kepercayaan pada diri individu atau anak tersebut terhadap pandangan atau nilai
tertentu dari orang lain, orang tua, kakak atau kelompok lain dalam pergaulan
sehari-hari.
3.
Introvert dan Ekstrovert
·
Introvert adalah
kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat,
sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada perasaan,
pemikiran dan pengalamannya sendiri.
Orang
yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat
pendiam dan kurang bergaul bahkan seakan-akan tidak memerlukan bantuan orang lain,
karena kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri.
·
Ekstrovert adalah
kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga
minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh
orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
Orang
yang berkecenderungan ekstrovert biasanya mudah bergaul,
ramah, aktif, banyak berinisiatif serta banyak teman.
4.
Kemandirian
Dalam
pengertian umum kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri
tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral.
Sedangkan pada anak kemandirian sering kali dikaitkan dengan kemampuan
anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan
orang dewasa. Misalnya mengikat tali sepatu dan lain-lain.
Dasar
kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa percaya diri ini selalu
berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman serta bimbingan dari
orang dewasa, antara lain guru, orang tua, kakak, orang lain di
sekitarnya yang dapat bergaul dengan baik serta memberikan bimbingan secara
langsung atau tak langsung.
5.
Ketergantungan
Ketergantungan
atau Overdependency tersebut ditandai dengan perilaku anak yang
bersifat "kekanank-kanakan", perilakunya tidak sesuai
dengan anak lain yang sebaya usianya. Dengan kata lain anak tersebut memiliki
ketidak mandirian, yang mencakup fisik dan mental dan perilakunya berlainan
dengan anak "normal”.
6.
Bakat
Bakat
atau Aptitude merupakan potensi dalam diri seseorang
yang dengan adanya rangsangan tertentu meungkin orang tersebut dapat mencapai
sesiatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali
melebihi orang lain.
Bakat
tersebut juga terdapat semenjak masa kanak-kanak. Aktivitas anak sudah dapat
mencerminkan bakat tertentu. Menurut ilmu pengetahuan ada dua jenis bakat yang
dimiliki dan dapat dikembangkan, yaitu :
a.
Bakat yang bertalian dengan kemahiran
atau kemampuan mengenai suatu bidang pekerjaan khusus, sebagai contoh : dagang,
menulis/menyusun karangan dsb. bakat semacam ini disebut juga vocation
aptitude.
b.
Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam
tipe pendidikan tertentu atau pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang
(dimensi) yang diperlukan oleh orang arsitek, bakat semacam ini disebut
juga scholastic aptitude.
Perkembangan Moral
Istilah perkembangan moral berasal
dari kata latin “mos” yang berarti adat istiadat peraturan, nilai-nilai ataupun
tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai moral seperti
:
a.
Seruan untuk berbbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketrtiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak
orang lain
b.
Larangan mencuri, berzina, membunuh meminum
minuman keras dan berjudi.
Seseorang
dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah lakunya sesuai dengan nilai moral
yang dijunjung tinggi kelompok sosialnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
moral
Perkembangan moral atau sikap
seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan anak memperolah nilai-nilai
moral dan lingkungan orang tuanya. Anak belajar untuk mengenal nilai-nilai
sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peranan
orang tua sangatlah penting, terutama pada anak usia dini.
Proses
perkembangan moral
Perkembangan
moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, yakni sebagai berikut :
a.
Pendidikan langsung, yaitu melalui pananaman
pengertian tentang tingkah laku yang benar dan yang salah atau yang baik dan
yang buruk oleh orang tua, guru ataupun orang dewasa lainnya. Di samping itu,
yang paling penting dalam pendidikan moral adalah keteladanan dan orang tua,
guru dalam menerapkan nilai-nilai moral.
b.
Identifikasi, yaitu dengan cara
mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang
menjadi idolanya seperti orang tua, guru ataubahkan tokoh favoritenya.
c.
Proses coba-coba (trial and error), yaitu
dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku
yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara
tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaka akan dihentikan sendiri oleh
anak tersebut.
Metode
pengukuran sikap
Suatu
skala harus dirancang dengan hati-hati,
stimulusnya ditulis dan dipilih berdasarkan metode konstruksi yang benar. Skor
terhadap respons seseorang harus diberikan dengan cara-cara yang tepat. Agar
dapat memenuhi kualitas dasar alat ukur yang standar, maka skala harus
mengembangkan apa yang disebut sebagai tabel spesifikasi. Dalam setiap
perencanaan skala sikap langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan
tujuan ukur dan pembatasannya, hal ini berarti bahwa :
1.
Ciri-ciri
objek psikolog yang berupa kepribadian manusia yang hendak diungkap harus
diidentifikasi dengan jelas.
2.
Konsep dibatasi konstruk atau konsepsi
teoritisnya, lalu didefinisikan secara operasional dalam bentuk dimensi-dimensi
atau indikator-indikator perilaku sehingga dapat diukur.
Pada
perancangan skala terhadap konsep terdapat dua hal yang harus perhatiankan, yaitu
penentuan dan pembatasan konsep yang akan digunakan dan menentukan
dimensi-dimensi atau indikator-indikator perilaku yang hendak diukur. Sedangkan
pada perancangan skala sikap dua hal penting adalah pertama, penentuan dan
pembatasan konsepsi dari objek yang akan diukur dan kedua, adalah penentuan
batas objek yang hendak diukur. Adapun beberapa metode pengukuran sikap
perkembangan anak antara lain :
1.
Osgood’s
Semantic Differential (Skala perbedaan semantic Osgood’s) .
Dalam penyusunan skala ini, serangkaian kata sifat yang menunjukkan ciri atau karakteristik stimulus atau objek sikap telah dipilih dan ditentukan, maka objek sikap disajikan sebagai stimulus tunggal pada setiap rangkaian, dan diikuti oleh kontinum-kontinum psikologis yang kedua kutubnya berisi kata sifat yang berlawanan tadi (Azwar 1995). bahwa kontinum psikologis pada teknik beda semantik ini dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable. Apabila peletakan kutub favorable dan unfavorable itu dibalik, maka peletakan angka skornya pun disesuaikan sehingga perlu dibalik juga.
Dalam penyusunan skala ini, serangkaian kata sifat yang menunjukkan ciri atau karakteristik stimulus atau objek sikap telah dipilih dan ditentukan, maka objek sikap disajikan sebagai stimulus tunggal pada setiap rangkaian, dan diikuti oleh kontinum-kontinum psikologis yang kedua kutubnya berisi kata sifat yang berlawanan tadi (Azwar 1995). bahwa kontinum psikologis pada teknik beda semantik ini dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable. Apabila peletakan kutub favorable dan unfavorable itu dibalik, maka peletakan angka skornya pun disesuaikan sehingga perlu dibalik juga.
Contohnya : 1 2 3 4 5 6 7
Cara pemberian angka seperti ini adalah cara
yang telah disederhanakan yaitu angka 1 berarti adanya arah sikap yang
unfavorable dengan intensitas tinggi, sedangkan angka 7 menunjukkan adanya
sikap yang favorable dengan intensitas yang tinggi pula. Makin mendekati ke
tengah kontinum maka arah sikap makin menjadi kurang jelas dan intensitasnyapun
berkurang. Suatu posisi respons yang diletakkan pada angka 4, yang berada di
tengah-tengah berarti adanya sikap netral terhadap objek yang bersangkutan bila
dikaitkan dengan kata sifat yang berada pada kedua kutub kontinum.
Kesimpulan yang di dapat dari skala Osgood ini adalah sebagai berikut :
Kesimpulan yang di dapat dari skala Osgood ini adalah sebagai berikut :
·
Merupakan
metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang
menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim.
·
Dua
kutub ini bisa berupa baik-buruk, kuat lemah, modern-kuno dan sebagainya.
·
Responden
diberi ruang semantis untuk merefleksikan seberapa dekat sikap responden
terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu diantara dua kutub.
·
Metode
ini umumnya digunakan untuk penilaian merek dagang, produk, pekerjaan, dan
lain-lain.
2.
Scaling
Method oleh Thurstone dan Likert
.
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah perilaku responden yang diukur tidak memiliki arti yang khusus.
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah perilaku responden yang diukur tidak memiliki arti yang khusus.
3.
Skala
pengukuran sederhana
.
Secara lebih sederhananya skala pengukuran sikap dapat lebih dimengerti lagi dengan skala-skala pengukuran sikap berikut ini :
a.Skala Sederhana
Secara lebih sederhananya skala pengukuran sikap dapat lebih dimengerti lagi dengan skala-skala pengukuran sikap berikut ini :
a.Skala Sederhana
·
Menggunakan
skala nominal, misalnya setuju atau tidak setuju dan ya atau tidak.
·
Skala
ini digunakan bila kuesionar penelitian berisi relatif banyak butir pertanyaan,
tingkat pendidikan responden rendah atau alasan lain.
b.Skala Grafis
.
Metode ini menyatakan penilaian responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu dengan titik atau angka tertentu yang terletak didalam gambar atau grafik penilaian.
Metode ini menyatakan penilaian responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu dengan titik atau angka tertentu yang terletak didalam gambar atau grafik penilaian.
c.Skala Numeris
·
Skala
numeris merupakan metode pengukuran yang teridiri dari 5 atau 7 alternatif
nomor untuk mengukur sikap responden.
·
Skala
ini pada prinsipnya sama dengan skala perbedaan semantis, hanya saja langsung
diberikan angka.
4. Pengukuran Kreativitas Berfikir
Guilford merupakan salah
seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk
mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting
dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan
memungkinkan dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua
hal yang dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan
oleh Guilford.
- Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir.
- Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen (divergent production abilities).
Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur
intelektual Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur
kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen
mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses
berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan
menghasilkan produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan
implikasi.
Demikianlah
beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap anak, dan metode-metode
pengukurannya. Mudah-mudahan dapat membantu anda dalam membimbing perkembangan
moral dan sikap anak.
KESIMPULAN
Pada awalnya anak
mengidentifikasi diriya dengan ibu atau ayahnya. Sedangkan masa selanjutnya
akan mengembangkan dirinya sendiri dan mulai mencari jati dirinya sendiri.
Dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi
dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau
orang-orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Kemandirian,
Introvert dan Ekstrovert, Internalisasi, Imitasi,ketergantungan dan juga bakat
dapat menuntun proses perkembangan anak.
DATA REFERENSI
0 comments:
Post a Comment