Monday 7 April 2014



PERKEMBANGAN SIKAP ANAK DAN PENGUKURANNYA


KATA PENGANTAR

            Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nyala  penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Perkembangan Sikap Anak dan Pengukurannya.
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,  penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran konstukif dari pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.



Denpasar,    30 Mei 2012

Penulis


PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagian akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
            Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
            Perkembangan pada awal masa kanak-kanaknya, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi diriya dengan ibu atau ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa selanjutnya sesuai dengan perkembangan pergaulan dan pandangannya. Anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang-orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya.

Rumusan Masalah
1.      Apa  fator-faktor  yang mempengaruhi perkembangan moral ?
2.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan sikap anak ?

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara perkembangan sikap anak dan pengukurannya.


PENJELASAN KONSEP
  
Perkembangan Sikap Anak Dan Pengukurannya
            Pada  awal masa kanak-kanaknya, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi diriya dengan ibu atau ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa selanjutnya sesuai dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang-orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Hal tersebut berpengaruh pada perkembangan moral anak. Berikut beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak, antara lain :
1.      Imitasi (Imitation)
Dalam tulisan ini imitasi berarti perniruan sikap, cara pandang serta tingkah laku orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh anak.
Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia  3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada disekitarnya. Seringkali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh, rasa senang atau tidak senang, sikap orang tua terhadap agama dll. Tetapi ekspresi orang lain terhadap sesuatu, antara lain menirukan orang marah, menangis bergembira dan sebagainya. Pada umumnya anak suka menirukan segala sesuatu yang dilakukan oleh  orang tuanya, jadi bukan yang diucapkan atau dikatakan oleh orang tuanya terhadap orang lain, kakak dan sebagainnya. Misalnya apabila dia melihat ayahnya sedang marah terhadap kakaknya, anak akan menirukan perbuatan ayah membanting pintu, namum bukan kata-kata yang diucapkan oleh ayahnya.
2.      Internalisasi
Internalisasi  adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. Suatu nilai, norma atau sikap semacam itu selalu dianggap benar. Begitu nilai, norma atau sikap tersebut terinternalisasi pada diri anak sukar dirubah dan menetap dalam waktu yang cukup lama. Misalnya  seorang anak menilai bahwa memakai kerudung itu baik dan benar, maka anak akan melakukan terus sekalipun kadang-kadang mendapat cemoohan dari orang atau anak lain.  Sebaliknya penanaman nilai semacam ini  dimulai sejak dini, sehingga sejak kecil telah terbiasa membedakan sesuatu yang baik dengan yang kurang baik.
Dalam Internalisasi tersebut faktor yang paling penting adalah adanya keyakinan dan kepercayaan pada diri individu atau anak tersebut terhadap pandangan atau nilai tertentu dari orang lain, orang tua, kakak atau kelompok lain dalam pergaulan sehari-hari.
3.      Introvert dan Ekstrovert
·         Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berdasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri.
Orang yang berkecenderungan introvert  biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul bahkan seakan-akan tidak memerlukan bantuan orang lain, karena kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri.
·         Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
Orang yang berkecenderungan ekstrovert biasanya mudah bergaul, ramah, aktif, banyak berinisiatif serta banyak teman.
4.      Kemandirian
Dalam pengertian umum kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik  dalam bentuk material maupun moral.  Sedangkan pada anak kemandirian sering kali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Misalnya mengikat tali sepatu dan lain-lain.
Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa percaya diri ini selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman serta bimbingan dari orang dewasa,  antara lain  guru, orang tua, kakak, orang lain di sekitarnya yang dapat bergaul dengan baik serta memberikan bimbingan secara langsung atau tak langsung.


5.      Ketergantungan
Ketergantungan atau Overdependency tersebut ditandai dengan perilaku anak yang bersifat "kekanank-kanakan", perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebaya usianya. Dengan kata lain anak tersebut memiliki ketidak mandirian, yang mencakup fisik dan mental dan perilakunya berlainan dengan anak "normal”.
6.      Bakat
Bakat atau Aptitude  merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu meungkin orang tersebut dapat mencapai sesiatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Bakat tersebut juga terdapat semenjak masa kanak-kanak. Aktivitas anak sudah dapat mencerminkan bakat tertentu. Menurut ilmu pengetahuan ada dua jenis bakat yang dimiliki dan dapat dikembangkan, yaitu :
a.       Bakat yang  bertalian dengan kemahiran atau kemampuan mengenai suatu bidang pekerjaan khusus, sebagai contoh : dagang, menulis/menyusun karangan dsb. bakat semacam ini disebut juga vocation aptitude.
b.      Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan tertentu atau pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang  (dimensi) yang diperlukan oleh orang arsitek, bakat semacam ini disebut juga scholastic aptitude.

Perkembangan Moral

            Istilah perkembangan moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti adat istiadat peraturan, nilai-nilai ataupun tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai moral seperti :
a.       Seruan untuk berbbuat baik kepada orang lain, memelihara ketrtiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain
b.      Larangan mencuri, berzina, membunuh meminum minuman keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah lakunya sesuai dengan nilai moral yang dijunjung tinggi kelompok sosialnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral

            Perkembangan moral atau sikap seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan anak memperolah nilai-nilai moral dan lingkungan orang tuanya. Anak belajar untuk mengenal nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak, peranan orang tua sangatlah penting, terutama pada anak usia dini.
Proses perkembangan moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, yakni sebagai berikut :
a.       Pendidikan langsung, yaitu melalui pananaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan yang salah atau yang baik dan yang buruk oleh orang tua, guru ataupun orang dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral adalah keteladanan dan orang tua, guru dalam menerapkan nilai-nilai moral.
b.      Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya seperti orang tua, guru ataubahkan tokoh favoritenya.
c.       Proses coba-coba (trial and error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaka akan dihentikan sendiri oleh anak tersebut.
Metode pengukuran sikap
            Suatu  skala harus dirancang dengan hati-hati, stimulusnya ditulis dan dipilih berdasarkan metode konstruksi yang benar. Skor terhadap respons seseorang harus diberikan dengan cara-cara yang tepat. Agar dapat memenuhi kualitas dasar alat ukur yang standar, maka skala harus mengembangkan apa yang disebut sebagai tabel spesifikasi. Dalam setiap perencanaan skala sikap langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan tujuan ukur dan pembatasannya, hal ini berarti bahwa :
1.      Ciri-ciri objek psikolog yang berupa kepribadian manusia yang hendak diungkap harus diidentifikasi dengan jelas.
2.      Konsep dibatasi konstruk atau konsepsi teoritisnya, lalu didefinisikan secara operasional dalam bentuk dimensi-dimensi atau indikator-indikator perilaku sehingga dapat diukur.
            Pada perancangan skala terhadap konsep terdapat dua hal yang harus perhatiankan, yaitu penentuan dan pembatasan konsep yang akan digunakan dan menentukan dimensi-dimensi atau indikator-indikator perilaku yang hendak diukur. Sedangkan pada perancangan skala sikap dua hal penting adalah pertama, penentuan dan pembatasan konsepsi dari objek yang akan diukur dan kedua, adalah penentuan batas objek yang hendak diukur. Adapun beberapa metode pengukuran sikap perkembangan anak antara lain :
1.      Osgood’s Semantic Differential (Skala perbedaan semantic Osgood’s)                       .
Dalam penyusunan skala ini, serangkaian kata sifat yang menunjukkan ciri atau karakteristik stimulus atau objek sikap telah dipilih dan ditentukan, maka objek sikap disajikan sebagai stimulus tunggal pada setiap rangkaian, dan diikuti oleh kontinum-kontinum psikologis yang kedua kutubnya berisi kata sifat yang berlawanan tadi (Azwar 1995). bahwa kontinum psikologis pada teknik beda semantik ini dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub unfavorable sampai dengan kutub favorable. Apabila peletakan kutub favorable dan unfavorable itu dibalik, maka peletakan angka skornya pun disesuaikan sehingga perlu dibalik juga.
Contohnya : 1 2 3 4 5 6 7
Cara pemberian angka seperti ini adalah cara yang telah disederhanakan yaitu angka 1 berarti adanya arah sikap yang unfavorable dengan intensitas tinggi, sedangkan angka 7 menunjukkan adanya sikap yang favorable dengan intensitas yang tinggi pula. Makin mendekati ke tengah kontinum maka arah sikap makin menjadi kurang jelas dan intensitasnyapun berkurang. Suatu posisi respons yang diletakkan pada angka 4, yang berada di tengah-tengah berarti adanya sikap netral terhadap objek yang bersangkutan bila dikaitkan dengan kata sifat yang berada pada kedua kutub kontinum.
Kesimpulan yang di dapat dari skala Osgood ini adalah sebagai berikut :
·         Merupakan metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim.
·         Dua kutub ini bisa berupa baik-buruk, kuat lemah, modern-kuno dan sebagainya.
·         Responden diberi ruang semantis untuk merefleksikan seberapa dekat sikap responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu diantara dua kutub.
·         Metode ini umumnya digunakan untuk penilaian merek dagang, produk, pekerjaan, dan lain-lain.
2.      Scaling Method oleh Thurstone dan Likert                                                                .
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah perilaku responden yang diukur tidak memiliki arti yang khusus.
3.      Skala pengukuran sederhana                                                     .
Secara lebih sederhananya skala pengukuran sikap dapat lebih dimengerti lagi dengan skala-skala pengukuran sikap berikut ini                                                       :
a.Skala Sederhana
·         Menggunakan skala nominal, misalnya setuju atau tidak setuju dan ya atau tidak.
·         Skala ini digunakan bila kuesionar penelitian berisi relatif banyak butir pertanyaan, tingkat pendidikan responden rendah atau alasan lain.
b.Skala Grafis                                                                                   .
Metode ini menyatakan penilaian responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu dengan titik atau angka tertentu yang terletak didalam gambar atau grafik penilaian.
c.Skala Numeris
·         Skala numeris merupakan metode pengukuran yang teridiri dari 5 atau 7 alternatif nomor untuk mengukur sikap responden.
·         Skala ini pada prinsipnya sama dengan skala perbedaan semantis, hanya saja langsung diberikan angka.
4.      Pengukuran Kreativitas Berfikir
Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan memungkinkan dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh Guilford. 
  1. Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir. 
  2. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen (divergent production abilities).
            Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi.

Demikianlah beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap anak, dan metode-metode pengukurannya. Mudah-mudahan dapat membantu anda dalam membimbing perkembangan moral dan sikap anak.


KESIMPULAN

                  Pada  awalnya anak mengidentifikasi diriya dengan ibu atau ayahnya. Sedangkan masa selanjutnya akan mengembangkan dirinya sendiri dan mulai mencari jati dirinya sendiri. Dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang-orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Kemandirian, Introvert dan Ekstrovert, Internalisasi, Imitasi,ketergantungan dan juga bakat dapat menuntun proses perkembangan anak.


DATA REFERENSI


0 comments:

Post a Comment